Monday, November 29, 2010

Roller Coaster Carlo Ancelotti

Carlo Ancelotti. Nama ini baru beberapa pekan silam masih terus dipuji-puji sebagai salah satu pelatih terbaik yang pernah menukangi Chelsea. Sekarang? Rumor ia akan didepak -atau mengundurkan diri- terus berembus kencang.

Selamat datang di rollercoaster manajer liga Inggris.

Menu yang ada di depan kita saat ini adalah salah satu pelatih paling berpengalaman dan sukses di ajang sepakbola eropa: Carlo Ancelotti.

Sang pelatih Chelsea ini mengawali karirnya di Inggris dengan cerita indah. Gelar ganda diraihnya di musim perdana. Liga Premier dan Piala FA. Hanya satu yang terlewat. Liga Champions.

Itu cerita musim lalu. Musim ini, tim biru dari London ini mengawali musim dengan... brilian. Kemenangan dengan angka telak dan kebobolan minim menjadi hobi. Dan orang-orang pun dengan terlalu dini menyebut Chelsea akan merebut juara lagi musim ini.

Perjalanan liga Champions mereka pun tidak kalah mengkilap. Kata kalah sepertinya sulit ditemukan dalam kamus milik John Terry dan kawan-kawan. Hingga beberapa pekan yang lalu, inilah kondisi Chelsea.

Tiba-tiba, bak petir di siang bolong, asisten pelatih Ancelotti, Ray Wilkins dihentikan dari jabatannya. Dan di sinilah 'Kutukan Wilkins' dimulai. Sang juara bertahan kalah di dua pertandingan secara berurutan. Dari tim semacam Sunderland dan Birmingham. Beruntung, rekor jelek ini berhenti dengan satu kemenangan atas Zilina yang mereka raih di Liga Champions kemarin.



Kata 'Kutukan Wilkins' mungkin terdengar magis. Jadi, apa sebenarnya masalah Chelsea?

Kondisi internal mereka ternyata tidak sebagus penampilan mereka di lapangan (di luar dua kekalahan itu...) cukup menjelaskan. Sang pelatih mengadu ke media bahwa ia seolah diabaikan dalam pengambilan keputusan belakangan ini. 'Keputusan' ini tentu saja... Masalah pemecatan Wilkins.

Intervensi dari para petinggi ternyata masih sangatlah kuat. Dan bahkan seorang pelatih sekelas Ancelotti pun sama sekali tidak punya kuasa untuk menjalankan tim dengan nyaman. Contoh 'sederhana' lainnya, kedatangan Ramires ke Stamford Bridge dari Benfica, diakui Don Carletto di luar pengetahuannya. Ia sama sekali tidak dilibatkan. Kondisi ini jelas bisa membuat siapapun meledak. Dan keluhan Ancelotti ke pers jelas bukan sesuatu yang mengherankan.

Kini, ia seolah-olah sedang membuka jalan dan pintu keluarnya sendiri dari Chelsea. Meski ia menegaskan tidak dalam waktu dekat. Namun, para pengamat menilai ia akan segera hengkang akhir musim ini. Paling telat.

Sebuah keadaan yang terdengar familiar?

Mari kita mundur beberapa tahun dan saya akan menyebut satu nama: Jose Mourinho.



Orang ini melakukan segalanya. Ia membangun kembali Chelsea menjadi kekuatan yang ditakuti di Inggris dan Eropa. Dengan hadiah juara Liga setelah entah berapa lama tim ini tidak merasakannya. Yang ia dapat? Dibuang di tengah-tengah pekerjaan. Mou memang belum bisa memberikan gelar Liga Champions, dan saat itu performa Chelsea memang sedang menurun. Tapi rasanya kita tidak cukup buta untuk melihat alasan sebenarnya.

Lagi-lagi intervensi dari atas. Seorang pelatih dengan tingkah laku seperti Mou jelas tidak bisa dipaksa terus menerus. Ia suka melakukan segalanya dengan cara yang ia percayai benar.

Abramovich tidak seperti itu. Ia ingin segalanya instan. Dan ingin agar investasinya berbuah segera. Tipikal pebisnis. Tidak puas dengan Liga Premier, ia ingin Liga Champions. Segera.

Kita semua tahu akhir cerita ini. Jose Mourinho dilepas. Pindah ke Inter Milan. Dan meraih trofi yang diidam-idamkan si orang rusia ini.

Dan melihat kondisi sekarang, sepertinya sang taipan minyak masih belum belajar.

Berbicara soal tekanan dari atas, Ancelotti sebenarnya sudah cukup terbiasa.

Di hari-hari Milan-nya dulu, para petinggi klub bahkan ikut campur hingga sampai ke level taktik yang ingin ia mainkan di lapangan. Ia sempat 'dipaksa' untuk tampil lebih atraktif dan ofensif.

Keras kepala. Ia menolak untuk tunduk. Sempat membuktikan dengan gelar Liga Champions, ia akhirnya terlempar dari kursi Milan karena timnya tidak kunjung scudetto. Dan petualangan-nya di Liga Inggrispun dimulai.

Mari kembali lagi ke masa sekarang.

Saat ini kabut tebal masih menutupi masa depan Ancelotti di Chelsea. Tidak ada yang tahu. Apakah ia akan menjadi Mourinho selanjutnya? Ataukah ia bisa bertahan dari berbagai intervensi -yang jelas jelas mengganggunya.

Chelsea saat ini tidak bisa dibilang terlalu buruk. Dua kekalahan beruntun tidak menggoyahkan posisi mereka di puncak klasemen. Di Liga Champions pun mereka sudah memastikan diri melaju mulus dari fase grup.

Tapi segalanya masih bisa berubah. Kehidupan manajer di Liga Eropa modern sekarang tidak jauh beda dari wahana rollercoaster. Sesaat bisa berada di atas, sedetik kemudian terhempas lagi di bawah.

Jelas tidak bisa dibandingkan dengan nama-nama semacam Sir Alex Ferguson atau bahkan Arsene Wenger. Orang-orang 'tradisional' ini punya kuasa penuh terhadap klub yang mereka pimpin.

Ancelotti? Ia bahkan pernah menyebut, "Saya hanya seorang pelatih. Jangan bandingkan dengan posisi Ferguson di United"

Well... Waktulah yang akan menjawab kiprah Carlo Ancelotti di Chelsea. Entah di akhir musim nanti ia bisa menyelamatkan diri dengan menyumpal mulut para petingginya dengan trofi berwarna perak, atau menemui pintu keluar lebih cepat dari yang pernah siapapun bayangkan sebelumnya.

*posted in www.supersoccer.co.id 25/11/10

Masalah Besar Arsenal di Lini Belakang

Arsenal. Sang buah apel yang tidak kunjung ranum itu kini sedang menghadapi masalah baru. Lini belakang.

Tim London Utara ini sedang punya peluang yang sangat baik untuk menjadi juara musim ini. Posisi mereka terus stabil di papan atas klasemen dan terus mengancam dominasi Chelsea-Manchester United di atas mereka. Beberapa penampilan mereka pun memang menunjukkan bahwa tim ini punya potensi dan daya ledak yang luar biasa untuk meraih titel. Sang pelatih, Arsene Wenger, juga sempat menyebutkan timnya sudah punya segalanya yang dibutuhkan untuk menjadi juara di Liga Premier.

Pertanyaan sederhana yang muncul: Benarkah?

Melihat beberapa pertandingan terakhir, ada satu masalah yang muncul dan cukup mencolok terlihat dari anak-anak muda ini.

Kita sudah terbiasa dipertontonkan horror-show ala Arsenal di bawah mistar gawang. Blunder kiper menjadi warna yang biasa dalam setiap pertandingan mereka. Musim ini, Manuel Almunia dan Lukasz Fabianski tidak terlalu sering membuat blunder sendirian. Kali ini mereka justru dibantu oleh… tandem pemain yang berposisi persis di depan mereka.

Salah satu kelemahan utama Arsenal yang muncul di musim ini adalah rapuhnya lini belakang.

Kebijakan Wenger di awal musim untuk melepas beberapa pemain belakangnya dan membeli Laurent Koscielny dan Sebastien Squillaci belum terjustifikasi dengan baik.

Selain nama yang sama-sama sulit untuk dieja keduanya memiliki kesamaan. Terlihat impresif di awal musim, tapi semakin memburuk seiring musim berjalan.

Sebenarnya lini belakang Arsenal punya bek yang berkualitas tinggi dalam sosok Thomas Vermaelen. Tapi sayangnya, 'Verminator' masih harus terkapar entah sampai kapan di pinggir lapangan.

Para pemain-pemain muda yang dipasang untuk melengkapi tim ini juga mengkhawatirkan. Di satu pertandingan mereka bisa tampil luar biasa, dan pekan depannya bisa tampil kelewat buruk. Inkonsistensi jadi pilihan kata yang tepat untuk pemain-pemain ini. Secara umum lini pertahanan Arsenal bolong dimana-mana.

Di depan, tim ini punya tingkat ketajaman yang luar biasa. Dalam sebuah hari yang bagus, mereka bisa dengan mudah mencetak empat sampai lima gol ke gawang lawan mereka.

Masalahnya, kini lini belakang mereka menunjukkan performa penampilan mengkhawatirkan. Terbukti jelas di pertandingan terakhir, saat mereka membuang keunggulan 2-0 atas Spurs –sang rival abadi- dan harus rela kalah 2-3. Di kandang sendiri pula.

Para bek Arsenal terlihat lemah dan kesulitan menghadapi serangan pantang menyerah yang diperagakan lawan mereka, dan bukan yang pertama kalinya hal ini terjadi sepanjang di musim 2010/2011.

Sudah sering terlihat para bek Arsenal selalu kesulitan mengimbangi lawan yang mengandalkan fisik. Nama-nama semacam Didier Drogba dan Andy Carroll sudah menjadi bully yang terbukti sukses menghancurkan pertahanan Arsenal.

Dalam beberapa pertandingan, barisan pertahanan Arsenal sering terlihat tidak punya kekuatan apapun untuk mencegah gol tercipta di gawang mereka. Tiga kekalahan kandang dan musim baru berjalan seperempat menjadi biaya mahal untuk hal ini.

Solusinya?

Bola ada di tangan Wenger. Entah bagaimana caranya ia harus bisa memotivasi para pemain belakangnya untuk bisa tampil jauh lebih baik lagi. Terutama jika mereka masih ingin punya peluang merebut titel liga Inggris setelah puasa 6 tahun.

Solusi instan lain yang mungkin dipertimbangkan adalah dengan membeli pemain baru di bulan Januari nanti. Seorang pemain belakang yang sudah punya nama dan pengalaman yang cukup untuk menghadapi kerasnya persaingan di liga Inggris.

So, what are you going to do, Monsieur?

*posted in www.supersoccer.co.id 22/11/10

Jose Mourinho, Liga Spanyol, dan Obsesi

Barcelona punya obsesi tersendiri dengan Jose Mourinho. Dan Jose Mourinho juga punya obsesi dengan Barcelona. Dua kekuatan dahsyat di Sapnyol ini akan mendapat kesempatan untuk beradu di El Clasico nanti malam.

Beberapa waktu yang lalu, seseorang seolah telah menemukan sebuah kode paling penting sepanjang sejarah. Tertinggal di sebuah tempat duduk pemain cadangan di stadion tim yang kini berada di peringkat ke empat belas klasemen sementara, Hercules. Hanya empat potong kertas kecil. Tapi ini dianggap sebagai sebuah dokumen luar biasa penting yang akan memecahkan segala misteri dan rahasia.


Kertas-kertas ini berasal dari buku catatan Jose Mourinho. Di dalamnya ada tulisan-tulisan semacam "pace, movement TR9". "depth, dead balls, switch wings", "arrival, counter" -segalanya mengarah ke istilah-istilah dalam permain. Lalu ada juga inisial-inisial semacam DM dan PL di kedua sisi, O dan XA di tengah, K di belakang, di di halaman terakhir ada angka-angka: 38, 13, dan 6 di dalam sebuah kolom. Angka 57 di atasnya dengan tulisan "10 bulan" di sekitarnya.

Apa artinya semua ini? Berbagai media di Spanyol langsung mengangkat ini semua menjadi sebuah berita besar dan mencoba menganalisis setiap 'kode' ini satu per satu.

Tidak hanya kode-kodenya saja yang dianalisis, gaya tulisan tangan Mourinho pun menjadi salah satu subjeknya. Hasilnya, orang Portugal ini digambarkan sebagai "

orang yang baik" dengan "kemampuan luar biasa dalam hal kepemimpinan", "karakter yang kuat" dan "rendah hati" dengan "kepintaran yang luar biasa. Angka-angkanya? Sederhana saja. Artinya 10 bulan, 38 pertandingan liga, 13 Liga Champions, dan 6 di Copa Del Rey. Ini adalah pertanda bagus. Ia menghitung timnya mampu lolos ke final Liga Champions. Tapi tentu ini hanyalah sebuah teori.




Ada banyak yang meragukan Mou akan sukses dalam karirnya di Spanyol. Di satu sisi -sisi yang akan dihadapinya nanti malam dalam duel maut Real Madrid vs Barcelona- ia sudah dicap sebagai orang yang tidak bermoral. Tapi tetap saja ia memenuhi waktu dalam hidup mereka. Nyaris tidak ada seharipun berlalu tanpa ada serangan yang mereka luncurkan padannya. Di sisi lain, Mourinho juga tidak pernah mau kalah. Apapun yang ia lakukan adalah sebuah bagian dari rencana besar.

Kejadian pekan lalu saat Madrid dibanjiri kartu merah saat menang telak 4-0 atas Ajax di Liga Champions -dengan kemungkinan pemain-pemain ini harus absen di fase knockout nanti sama sekali tidak membantu. Ini justru menghapus penampilan indah mereka di lapangan dan justru menyajikan kontroversi sebagai sajian utama di depan masyarakat dunia.

Kehidupan di Spanyol tidak berjalan dengan cukup baik di awal bagi Mourinho, setelah membawa tim Inter Milan-nya menjadi juara Liga Champions, Real meraih hasil imbang 0-0 dua kali di dalam tiga pertandingan away. Dan banyak yang khawatir sepakbolanya akan menjadi semakin membosankan. Tapi kemudian, mereka menjawab dengan kemenangan 6-1, 4-1, 6-1 berurutan. Mereka berlanjut menang tujuh kali beruntun. Duduk di puncak klasemen, satu poin di atas Barca dan sudah mencetak 33 gol dari 12 pertandingan. Sebuah rekor terbaik dari manajer baru di Liga Spanyol.


Ada rasa percaya yang kolektif muncul di Madrid semenjak kedatangan Jose Mourinho. Kita bisa melihat dari ekspresi dan penampilan Angel Di Maria misalnya. Ada pengorbanan yang harus dilakukan. Pedro Leon sudah tidak dimainkan dalam dua pertandingan. Karim Benzema dihukum setelah datang terlambat. Sergio Canales kehilangan posisi dengan alasan sederhana: "Saya tidak menyukainya"

Secara pertahanan, mereka tampil aman. Penampilan Madrid penuh pergerakan dan ketepatan, dengan serangan balik yang dimotori oleh seorang Xabi Alonso. Mereka juga menikmati penguasaan bola jauh lebih banyak darri tim-tim yang pernah ada sebelumnya. Dengan pergerakan cepat yang dipimpin oleh Di Maria, Cristiano Ronaldo, dan tentunya si sederhana Mesut Ozil.

Tidak hanya bisa memenangi sesuatu, Mourinho juga berbeda. Ia punya caranya sendiri dalam melakukan sesuatu. Tidak ada satupun pelatih Madrid yang pernah mendapatkan kemewahan ini sebelumnya. Barcelona sudah sangat sering diidentifikasikan dengan pelatih mereka. Madrid nyaris tidak pernah. Hingga saat ini. Ketika Mourinho akhirnya datang. Salah satu rilis resmi mereka sempat menyebutkan "Pelatih Terbaik Di Dunia Akhirnya Datang". Dan sang presiden Florentino Perez juga menekankan, "Galactico kami tahun ini hanya satu: Mourinho"

Mendatangkan pemain baru menjadi bagian awal kepemimpinannya (Ricardo Carvalho dan Di Maria datang setelah dirinya 'memaksa'). Ia juga mengontrol segalanya dan saat ini ia sudah berubah menjadi suara klub ini. Sebuah identitas bagi Real Madrid. Dan Perez terlihat sangat bahagia dengan ini. Salah satu direktur klub menyebut, "Ia adalah pelatih terbaik di dunia. Tidak hanya soal taktik, ia adalah seorang psikolog terbaik, orang terbaik yang bisa menangani ego pemain, dan yang terbaik di jendela transfer"

Berbagai media di Spanyol terus menerus menjadikan Mourinho sebagai sasaran headline mereka. Headline dengan elemen kata "Mou" di dalamnya menjadi sesuatu yang rutin di musim ini. Bahkan ada yang menyebut dirinya adalah seorang "Michael Jackson-nya Pelatih". Saat persaingannya dengan Manolo Preciado, sang pelatih Sporting Gijon, ia justru disebut sebagai seorang Spanyol sederhana yang harus rela berhadapan dengan serangan dari bangsa luar. Mourinho -hanya dalam beberapa pekan- sudah diperlakukan bak dewa.

Memang tidak semua orang melihatnya sebagai seorang korban dalam insiden tersebut. Walaupun memang Preciado yang menghina Mou, menyebutnya "scumbag" alias "tempat sampah", para pelatih di divisi utama mendukung Preciado. Karena Mourinho dianggap melanggar salah satu peraturan utama dengan mempertanyakan profesionalitas pelatih lain. Menuduh Preciado membuang pertandingannya menghadapi Barcelona. Preciado adalah sosok yang populer. Sementara Mou adalah sosok yang terus punya sejarah mampu mempengaruhi wasit dan lawan.

Jika Barcelona, seperti yang ditekankan Mourinho sendiri, "terobsesi" dengan dirinya. Ia juga sebenarnya tidak jauh berbeda. Sama-sama memiliki obsesi luar biasa pada tim Catalan ini. Misi utamanya adalah untuk menghancurkan mereka. Sejauh ini, upaya provokasi yang ia lakukan tidak berjalan baik. Pep Guardiola menanggapinya dengan dingin dan menolak untuk terlibat lebih jauh. Meski begitu, saat sang presiden Barca, Sandro Rossel, menyebut Mou akan mendapatkan "sambutan yang layak" di Camp Nou. Banyak orang melihatnya sebagai sebuah ancaman.

Dan Madrid sendiri adalah sebuah ancaman yang jauh lebih berbahaya dari waktu-waktu sebelumnya. Misi pertama Mourinho untuk Madrid bahkan sudah ia jalani saat masih menjadi pelatih di Inter. Menghentikan langkah Barca di semifinal Liga Champions. Dan ia melakukannya. Setelah bertahun-tahun tanpa trofi, kemenangan adalah segalanya. Jadi rasanya bukan masalah jika ia membuat banyak musuh dalam perjalanan.

"Orang-orang yang menyerangnya hanya iri padanya karena ia sukses" bela Alfredo Di Stefano -persiden kehormatan Madrid. "Kami tidak mendatangkannya untuk mendapatkan teman. Kami mendatangkannya untuk menang" ucap Emilio Butragueno, salah satu direktur Madrid.

Dan terutama kemenangan di Nou Camp malam ini. Mampukah? Mari kita bersiap untuk pertandingan yang menarik perhatian jutaan pasang mata pecinta sepakbola dari seluruh dunia.

Please welcome, El Clasico.

Manchester United Mencapai Puncak Klasemen, Meski Sering Tidak Meyakinkan

Akhirnya puncak klasemen menjadi milik Manchester United berkat kemenangan 7-1 atas Blackburn Rovers kemarin. Dengan rekor sama sekali belum terkalahkan di musim ini. Namun, rumah-rumah judi di Inggris masih menebak-nebak apakah mungkin United akan tetap tidak terkalahkan hingga akhir musim, tetap tidak mendapatkan gelar.

Sederhana saja, United adalah sebuah tim yang sulit dikalahkan. Tapi dalam beberapa pertandingan, mereka juga terlihat sangat kesulitan untuk mengamankan kemenangan. Hal-hal seperti ini justru menjadi kunci penting yang membedakan sebuah tim yang hebat dengan sebuah tim juara.

Saat ini, United akhirnya berhasil memuncaki klasemen untuk pertama kalinya semenjak musim dimulai. Penampilan fantastis yang diwarnai lima gol Dimitar Berbatov menjadi hasil paling gemilang mereka sepanjang musim. Ini juga artinya rekor tidak terkalahkan mereka berlanjut dan sudah mencapai angka 29. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana mungkin United kini bisa duduk di puncak klasemen, terutama jika melihat bagaimana mereka mengawali musim ini?

Apakah rekor tidak terkalahkan ini adalah sebuah tanda kualitas dan kehebatan United atau hanya sebagai sebuah refleksi bagaimana satu tim yang dulunya paling ganas di Liga Premier ini sudah menjadi macan yang tidak bergigi? Di mana faktor 'wow'-nya?

Faktor 'wow' ini memang akhirnya terjawab hari Sabtu kemarin. Kemenangan 7-1 dengan sebuah permainan cantik menjadi bukti bagaimana United sebenarnya bisa bermain dengan sangat baik dan mengagumkan jika mereka mau. Sayangnya, sejauh ini justru bukan wajah itu yang muncul. Harus diakui, meski sama sekali belum terkalahkan, penampilan mereka seringkali membuat para pendukungnya nyaris terkena serangan jantung.

Perjalanan panjang rekor tidak terkalahkan ini bermula dari kekalahan 1-2 di kandang atas Chelsea pada bulan April silam. Semenjak itu, United terus menjalani pertandingan tanpa pernah sekalipun merasakan yang namanya kekalahan. Namun, sepanjang itu juga, United jarang menampilkan sepakbola brilian ala mereka yang menjadi kunci sukses sepanjang era Sir Alex Ferguson.

Sepanjang tahun 2010 ini, United tidak tampak memiliki keunggulan yang cukup seperti yang pernah ada dalam tim 'Invincibles'-nya Arsenal beberapa tahun silam. Atau tidak usah jauh-jauh, daya rusak tim ini juga sudah menurun jika dibandingkan dengan skuad yang mereka punya dua tahun lalu saat sukses meraih double-winner.

Sebelum hari Sabtu kemarin, yang kita lihat dari United hanyalah hasil belaka. Tanpa adanya style alias gaya bermain yang sanggup meyakinkan siapapun bahwa mereka layak juara. Tapi justru dengan kondisi saat ini di Liga Premier, di mana semua tim tampaknya punya hobi untuk terpeleset di manapun, apa yang dilakukan tim asal Manchester ini bisa dibilang sudah cukup.

Seperti di Piala Dunia, saat tim-tim kecil secara mengejutkan mampu membuat banyak tim besar kerepotan dengan permainan ngotot dan defensif mereka, tren ini mulai menular ke Liga Premier. Kemampuan West Brom untuk menahan United dan menaklukkan Arsenal atau kemenangan dahsyat Sunderland atas Chelsea menjadi hasil-hasil yang tidak akan bisa ditebak akan terjadi sebelum musim ini dimulai. Tim-tim 'kecil' ini seolah sudah menemukan cara mereka untuk mengagetkan dunia.

Satu sisi positif United -yang juga menjadi alasan kuat mengapa mereka kini duduk di puncak klasemen- adalah kemampuan mereka menghindari kekalahan memalukan di kandang sendiri. Sesuatu yang sudah dialami oleh rival-rival terberat mereka dalam merebut gelar musim ini.

Namun dalam 29 pertandingan tanpa terkalahkan mereka, ada sembilan hasil imbang dan ada juga banyak poin yang hilang akibat kebobolan di menit-menit terakhir. Wayne Rooney hanya terlibat di 14 pertandingan semenjak kekalahan dari Chelsea itu, dan Dimitar Berbatov sempat melalui 13 jam tanpa mencetak gol -sebelum akhirnya mengamuk dan langsung memborong lima gol sekaligus.

Dan meski tidak terlihat begitu meyakinkan, United berhasil melewati masalah-masalah semacam performa buruk dan kehilangan beberapa pemain kuncinya, untuk tetap tampil dan memperpanjang rekor tanpa kalah yang -seperti biasa- mereka dapatkan beberapa kali dengan gol-gol telat. Misalnya dalam pertandingan menghadapi Bolton, Valencia, Wolves, Aston Villa, dan juga Rangers. Gol-gol menit akhir ini seolah sudah menjadi sebuah ciri khas yang dimiliki tim United manapun sepanjang era Ferguson.

Salah satu pelatih fitness di Old Trafford, Tony Strudwick, mencoba menjelaskan: "Biasanya, tim harus bekerja lebih keras secara fisik menghadapi kami dibandingkan kami menghadapi mereka. Saat mereka mengejar para pemain yang kami miliki, dengan segala pergerakan yang mereka miliki dan bagaimana mereka melakukan segalanya, hasilnya akan didapat hingga penghujung pertandingan"

"Kami tidak berlatih selama 90 menit untuk menjaga kebugaran setiap pemain dalam pertandingan. Kami memiliki cara tersendiri untuk membantu setiap pemain mampu fit dan terus berpengaruh dalam pertandingan hingga 96 menit di lapangan"

Tim yang dimiliki Fergie sekarang memang tidak bisa dibandingkan dengan skuad tahun 2008 mereka. Fakta yang terlihat jelas saat mereka 'terpaksa' menurunkan duet Federico Macheda dan Gabriel Obertan di lini depan dalam pertandingan menghadapi Wigan dua pekan lalu. Tapi saat Manchester City sudah menghabiskan 350 Juta Pound untuk membeli pemain dalam jangka waktu yang sama, mereka tetap terlihat kesulitan mengimbangi United di lapangan. Tottenham -dengan segala kegemilangan mereka di Eropa- harus rela terpuruk di Old Trafford bulan lalu.

Rival-rival United mungkin memang terlihat sudah semakin mengecilkan jarak antara mereka. Tapi jarak ini sebenarnya memang sudah sangat lebar, dan meskipun ada penurunan investasi luar biasa di tim ini semenjak pembelian Berbatov seharga 30,75 Juta Pound tahun 2008 lalu, komoditas tidak bernilai bernama pengalaman dan determinasi tinggi tetap ada dalam skuad United saat ini.

Ini adalah sebuah aset luar biasa yang dimiliki oleh United dan Fergie sama sekali tidak terlihat ingin menyembunyikannya dari dunia nyata.

Ia sempat menyebut ketika itu, "Kami seharusnya bisa kalah hingga enam gol di Aston Villa tapi entah bagaimana berhasil mencuri satu poin. Ini menjelaskan banyak hal mengenai karakter manusia yang saya punya di tim ini"

"Setidaknya saya punya pemain yang siap untuk melakukan sesuatu -dan sudah melakukan sesuatu- jika menghadapi situasi seperti di Villa Park. Ini adalah kualitas yang menjadi bagian dari sejarah kami. Ini adalah sesuatu yang alami yang ada dalam klub ini"

Bulan depan United akan berhadapan dengan Arsenal dan Chelsea di tengah-tengah periode terpadat dalam dunia sepakbola Inggris: Akhir Tahun. Ini akan menjadi sebuah tes utama dan juga terpenting untuk melihat sejauh mana kemampuan tim ini sebenarnya dan sejauh mana kapasitas yang mereka miliki. Terutama dalam mempertahankan rekor tidak terkalahkan -dan yang lebih penting lagi, meraih gelar juara di akhir musim.

Mungkin saja penampilan United memang bukan yang terbaik. Permainan mereka tidak selalu indah untuk disaksikan. Tapi sejauh ini, secara hasil, mereka adalh tim yang terbaik di Liga Inggris. Dan inilah sebuah kenyataan terbaru yang harus diterima oleh siapapun. Apakah hal seperti ini akan terus berjalan hingga akhir? Atau akan lebih banyak lagi penampilan sekelas kemenangan 7-1 atas Blackburn kemarin yang akan muncul? Kita nantikan saja.

*posted in www.supersoccer.co.id 29/11/10

Friday, November 19, 2010

INAFFF Day 3: A Quick Review

Awalnya gw udah berencana untuk gak INAFFF-an, tapi sebuah DM di twitter bikin gw ngeubah rencana.
@nobarSIMPATI yang baik hati memberikan gw tiket gratis buat nonton ‘From Within’. Gak mikir dua kali, INAFFF day 3: here I come!
Karena ngerasa nanggung cuma nonton satu film, gw pun memutuskan untuk nonton satu film lagi: ‘Snow White’.

Here’s my Review
:

From Within




Sebuah horor standar. Lumayan seru, meski tidak ada yang istimewa. Ceritanya tentang sebuah kota yang dihantui wabah bunuh diri. Penyebabnya disebut-sebut adalah sebuah buku hitam yang dibawa seorang remaja. Cowok ini ternyata punya masa lalu kelam di kota tersebut. Ibunya sempat dibakar beramai-ramai oleh warga kota karena dianggap penyihir. Apakah segala kejadian bunuh diri ini adalah ulahnya?

Banyak elemen yang coba dibicarakan sang sutradara di sini. Mulai dari guilt, pikiran sempit, hingga teror yang bisa muncul dari dalam diri sendiri. Justru, teror inilah yang paling mengerikan dan sulit untuk dihentikan.

Tapi di samping seru-nya horor dan juga twist-twist menarik yang muncul, yang paling menarik perhatian gw adalah tingkah laku para warga di kota tersebut. Mereka semua adalah orang-orang yang taat pada Tuhan. Masalah muncul, saat mereka menganggap orang yang berbeda dengan mereka adalah sesat dan harus dimusnahkan.

Sounds familiar, eh?


Anyway. This is just a typical-average-horror-movie.
Ketegangannya juga biasa aja. Tapi tetap ada hal-hal menarik yang bisa diangkat. Ditambah beberapa twist –meski agak ketebak- dan ending yang lumayan oke. Boleh lah ditonton untuk bersenang-senang.

Score: 5 out of 10

Snow White


Another Thai Horror. What can we expect? Well… Seperti yang kita tonton di film-film horor Thailand biasanya. Hantu-hantu, horor psikologis, cerita yang cenderung sakit jiwa, ketegangan yang muncul naik turun, plus twist.

Ceritanya soal dua orang pemuda yang mengambil janin seorang mayat wanita hamil untuk melakukan ritual demi mewujudkan keinginan mereka (standar, pingin bisa ML sama cewek dan pingin lulus ujian). Setelah sukses, gantian mereka yang dihantui Hantu Hamil ini. Sederhana? Banget. Tapi ada satu elemen lagi yang membuat film ini sedikit berbeda. Saat mereka mencuri si janin, ada satu orang pekerja Rumah Sakit yang mengetahui tindakan mereka. Tapi –entah bagaimana- they can keep this man shut. Masalah muncul ketika ia juga ternyata ikut dikejar-kejar oleh si hantu. Kenapa?

Sepanjang nonton, I can’t help but think that this movie actually not much different with our local horror. Cerita sederhana, hantu-hantu yang hampir sama seremnya (Setan Hamil vs Suster Ngesot), ngambil bahan buat ritual (Janin vs Tali Pocong), bahkan bentuk si janin setelah dibakar bikin gw inget sama jenglot. Cuma ya entah kenapa, horor kita tetep keliatan lebih cheesy.

Oke. Balik ke Snow White. Judul-nya manis ya? But believe me, setelah nonton film ini, you’ll never look at the Snow White the same way again.

Film ini diselamatkan dari ke-standar-an film horor lain (yang bahkan juga disindir di dalamnya) dengan kehadiran si orang ketiga di luar dua orang pemuda tadi. Segala twist dan ke-sakitjiwaan film ini ada sama orang ini.

Good stuff? Kind of. Memang blom masuk pada level ‘Shutter’ tapi sudah cukup ngebuat kita bergidik, menyerengit jijik, dan dihantui image ibu hamil yang hancur-hancuran. Good enough for you? It is for me.

Score: 6 Out of 10.

Nilai Para Debutan Tim Nasional Inggris

Fabio Capello dan tim nasional Inggris mencoba ramuan terbaru di Wembley semalam dengan hasil buruk. Kalah 1-2 dari Prancis.

Dengan banyaknya pemain yang cedera, Capello seolah dipaksa untuk ber-eksperimen dan memainkan beberapa pemain debutan dalam laga persahabatan ini.

Sayangnya, hasil yang didapat masih sangat jauh dari memuaskan dan pastinya hujaman kritik keras plus tuntutan dari berbagai media di Inggris akan menggema dalam beberapa hari ke depan, seperti biasanya jika tim nasional mereka kalah.

Keberadaan beberapa pemain baru ini bisa dilihat dari dua sisi, sebuah pertanda buruk untuk saat ini -karena ternyata mereka memang masih sulit bersaing- atau juga penanda baik karena adanya peremajaan di tim nasional.

Berikut ini penilaian terhadap tiga pemain yang menjalani debutnya untuk Inggris semalam:



Jay Bothroyd

Pemain asal Cardiff ini menjalani debut-nya semalam menggantikan Andy Carroll. Ia bergabung dengan sedikit nama pemain-pemain di luar kasta tertinggi Liga Inggris yang mampu menembus skuad tim nasional. Catatan impresif 13 gol dari 14 pertandingan menjadi dasar dipanggilnya dirinya. Namun untuk malam ini, ia tidak begitu bersinar. Bahkan, peluang menjadi pahlawan di menit terakhir untuk menyamakan kedudukan disia-siakan dengan sundulan yang lemah.

Point: 5/10. Baru muncul di babak kedua, masih terlihat kesulitan beradaptasi, namun pemain ini jelas punya potensi di masa mendatang.

Jordan Henderson

Diperebutkan oleh tim-tim besar liga Inggris dan dihadiahi cap perdana selama 90 menit penuh. Orang ini harusnya sangat spesial, kan?

Well... Tidak juga ternyata.

Di Sunderland, ia memang terlihat sangat nyaman menguasai lini tengah, namun saat levelnya dinaikkan ke zona Internasional, pengalamannya yang masih minim terlihat jelas. Sepanjang pertandingan, ia sama sekali tidak mampu mengimbangi lini tengah Prancis, dan tidak bisa memberikan kontribusi maksimal pada penyerangan. Hal ini diperburuk lagi dengan penampilan rekan lini tengahnya, Gareth Barry, yang lebih mengkhawatirkan lagi.

Point: 4/10. 90 menit yang tidak begitu menjanjikan bagi Henderson. Ia jelas butuh lebih banyak pertandingan di level tinggi untuk mencapai potensi yang ia tunjukkan di klub.

Andy Carroll

Perdebatan apakah Carroll layak masuk tim nasional Inggris atau tidak akhirnya terjawab. Perjudian Capello untuk memanggilnya dan memainkannya sejak awal terbukti sebagai keputusan yang cukup baik. Di antara para debutan yang hadir, penampilan Carroll yang paling lumayan. Mengingat ini adalah pertandingan perdananya dan ditambah lagi dengan dukungan yang kelewat minim dari lini tengah, kerja keras pemain 21 tahun ini sendirian di lini depan patut diacungi jempol. Beberapa kali ia mampu membahayakan pertahanan lawan. Sayangnya, ia gagal mendapatkan sesuatu yang layak dihitung, sebuah gol. Debut Carroll berakhir di menit ke-72, saat digantikan oleh Jay Bothroyd.


Point: 7/10. Debut yang tidak mudah, tapi pemain ini jelas menunjukkan talenta yang ia miliki dan kemauan untuk bekerja keras. Dengan dukungan yang lebih baik dari lini tengah, ia jelas jadi ancaman bagi siapapun.

Sisi positif yang bisa diambil dari pertandingan semalam adalah Capello membuka pintu bagi Inggris yang lebih muda, tentunya demi masa depan Namun sayangnya, para fans dan pecinta sepakbola Inggris tidak akan begitu suka dengan apa yang mereka lihat semalam.

Waktu akan membuktikan, apakah anak-anak muda ini akan bisa semakin melekat dan menjadi tulang punggung tim nasional Inggris. Ataukah hanya akan jadi pendatang-sekilas di skuad Inggris yang selalu berganti setiap saat.

*posted in www.supersoccer.co.id (18/11/10)

Rapor Awal Musim Roy Hodgson Bersama Liverpool

Liverpool sudah menjalani 13 start bersama sang manajer terbaru mereka di musim ini. Bagaimana rapor-nya? Well, let's take a closer look.

Perjalanan awal musim tim Merseyside Merah ini memang sama sekali tidak bisa dibilang memuaskan. Apalagi untuk sebuah tim sekelas so-called-big-four ini.

Mari kita coba analisis penampilan Liverpool dari bulan ke bulan.



Agustus

Awal Liga Premier dan Liverpool dihadapkan pada dua pertandingan sulit di dua pekan awal. Meladeni Arsenal di kandang sendiri, mereka cuma mampu mendapatkan satu poin. Selang beberapa hari, mereka harus tandang ke Manchester City. Hasilnya? Dihajar 0-3 oleh tim kaya baru tersebut. Nada-nada sumbang mulai terdengar. Tapi Pool berhasil kembali ke jalur kemenangan di Anfield dengan mengalahkan West Brom 1-0.

Nilai: 4 poin dari tiga laga awal. Awal yang kurang mulus.



September

Bulan yang mengerikan bagi Pool. Menjalani tiga pertandingan, mereka seolah lupa bagaimana caranya mendapatkan tiga poin. Diawali dengan partai tandang di Birmingham yang berakhir dengan rasa frustasi dan tidak ada gol yang tercipta. Dilanjutkan dengan duel lawan sang musuh bebuyutan: Manchester United. Dengan penampilan pas-pasan kecuali pada interval 10 menit di babak ke-2, mereka harus pulang dengan tangan hampa setelah kalah 2-3. Selanjutnya, para fans jelas mengharapkan tim kesayangan mereka bisa bangkit di Anfield saat menghadapi Sunderland. Tapi ternyata mereka harus puas dengan skor imbang 2-2. Hasil yang membuat Liverpool terpuruk di papan bawah klasemen sementara.


Nilai: Cuma bisa menambah satu poin dalam satu bulan jelas bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.



Oktober

Saat semua menyangka sesuatu tidak bisa lebih buruk lagi untuk Liverpool, tujuh belas hari pertama bulan Oktober membuktikan sebaliknya. Melanjutkan cerita jelek mereka di bulan sebelumnya, Liverpool kali ini tumbang dua kali berurutan. Yang pertama adalah dari... Blackpool. Tampil di kandang sendiri, dengan kekuatan penuh, tapi masih harus rela tumbang dari klub yang baru promosi musim ini tersebut.

Selanjutnya, tidak kalah menyakitkan, kalah tandang dalam derby Merseyside menghadapi Everton. Ini adalah titik terendah Liverpool. Mereka terpuruk di zona degradasi untuk pertama kalinya setelah sekian tahun. Lampu kuning sudah menyala di seluruh Anfield. Beruntung, setelah itu tim Merah ini menemukan kembali cara untuk menang -dengan bergantung pada Torres- dan meraih dua kemenangan beruntun atas Blackburn Rovers dan Bolton. Mereka pun kembali meloncat ke papan tengah.

Nilai: Berawal dengan sangat buruk namun berakhir dengan sedikit harapan.



November (sampai tanggal 13)

Liverpool terlihat sudah kembali bangkit dan bahkan sudah berani berbicara soal finis di urutan empat besar. Apalagi setelah mereka secara brilian mampu menghempaskan pimpinan klasemen Chelsea 2-0 di Anfield. Roy Hodgson mulai mendapatkan kepercayaan dari fans dan kepercayaan diri tim semakin meningkat.

Happy ending? Nanti dulu. Hanya tiga hari setelah mengalahkan Chelsea, Liverpool kembali membuang poin sia-sia setelah ditahan imbang Wigan. Parahnya lagi, penampilan mereka kembali memburuk. Keadaan mencapai puncaknya saat pada akhir pekan kemarin, Stoke City mengembalikan Pool ke zona kekalahan dengan menumbangkan salah satu tim terbaik di Inggris ini 2-0.


Nilai: Kebangkitan Liverpool terasa sebagai sesuatu yang semu. Inkonsistensi justru jadi kata yang paling tepat bagi tim yang juga baru berganti pemilik ini.

Hingga pertandingan ke 13 ini, Liverpool sudah mengumpulkan 16 poin. Hasil 4 menang, 4 seri, dan 5 kalah. Garis bawahi rekor lima kali kalah tersebut. Tim-tim yang mengalahkan mereka adalah: Manchester City, Manchester United, Blackpool, Everton, dan Stoke City. Jelas bukan catatan emas yang bisa ditambahkan pada CV Roy Hodgson.

Mau tidak mau, orang-orang akan membandingkan tim ini dengan apa yang dicapai oleh Rafael Benitez -sebelum musim lalu. Di awal era-nya, Liverpool tetap menjadi sebuah tim yang ditakuti, serta konsisten berada di papan atas. Meski tidak juara, mereka tetap menjadi salah satu pesaing, bukan hanya mengincar empat besar. Apalagi terpuruk di zona tengah. Yang pasti, ia belum pernah sekalipun menyeret timnya ke zona degradasi.

Jadi, rasanya wajar jika dalam pertandingan kemarin, mulai terdengar chant suporter Liverpool yang menginginkan Kenny Dalglish datang ke Anfield untuk menggantikan Hodgson. Sesuatu yang tidak diterima dengan baik oleh sang manajer. Ia juga tidak membuat keadaan lebih baik dengan menyalahkan salah satu pemainnya. Kali ini korbannya adalah Glen Johnson.

Perjalanan musim ini memang masih panjang. Ini baru seperempat pertama musim 2010/2011. Namun bisa dipastikan, rapor untuk Roy Hodgson dalam menukangi Liverpool masih bertinta merah. Jika ia tidak mengubah nilai tersebut dengan cepat, maka pintu keluar dari Anfield kemungkinan akan segera terbuka bagi mantan pelatih Fulham ini.

*posted in www.supersoccer.co.id (15/11/10)

Is It Just Another Ronaldo?

Sir Alex Ferguson tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya setelah sang superstar menandatangani kontrak baru selama lima tahun di Manchester United.

Fergie menyatakan, “Ini adalah berita yang fantastis. Ia punya hubungan yang baik dengan tim, staff, dan fans. Dan ia akan jadi salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Manchester United”

Dan sang pemain menambahkan, “Saya bahagia. Saya berbicara dengan Sir Alex dan David Gill mengenai masa depan saya dan semua orang tahu saya ingin tetap di sini”

“Saya bahagia di klub ini. Saya ingin memenangi trofi, dan semoga saja, kami bisa melakukannya musim ini”

Apakah kita sedang membicarakan soal Wayne Rooney?

Nope. Cerita di atas berlatar bulan April tahun 2007 silam. Pemainnya adalah: Cristiano Ronaldo.

Fergie juga sempat menambahkan ketika itu, “Ini menunjukkan bahwa Cristiano berada dalam klub yang tepat untuk dirinya”

Merasa sangat familiar? Yep. That's what he said about Rooney this week.

Satu tahun kemudian, Ronaldo menekankan dirinya tidak berada di klub yang tepat dan ingin pergi. Feguson harus menerimanya.

Sang manajer berhasil memintanya untuk bertahan satu musim lagi dan kemudian membiarkan sang pemain mewujudkan mimpinya untuk membela Real Madrid.

Jadi, para fans United sebaiknya tidak terlalu berharap banyak mengenai hal ini.

Apa yang dilakukan Rooney dengan menandatangani kontrak baru, hanyalah menambah nilai transfer dirinya.

Jika dirinya benar-benar jadi pergi bulan Januari ini, harganya kemungkinan ‘hanya’ 40 Juta Pound atau lebih buruk lagi, 25 Juta.

Dengan hanya satu musim tersisa di kontraknya, klub lain akan tahu United sangat ingin menjualnya segera.

Sekarang, dengan kontrak-lima-tahun yang baru, anda bisa melipatgandakan peluang nilai transfer Wayne Rooney.

Dan mari tidak ikut dibodohi di sini.

Rooney sempat terlihat sangat khawatir mengenai masa depan klub-nya yang memiliki hutang senilai 750 Juta Pound dan tidak membeli pemain kelas dunia manapun.

Apakah ia tiba-tiba menilai skuad yang ia pikir tidak bagus, sudah menjadi cukup baik sekarang?

Dan hanya satu minggu setelah Gill tidak bisa memberikannya kepastian mengenai pembelian di masa depan, ia tiba-tiba sekarang bisa.

Anda bisa yakin Rooney akan diam saja di dua jendela transfer mendatang untuk melihat apakah dua hal di atas bisa terwujud seperti yang ia inginkan.

Jika tidak, kemungkinan besar sekuel saga Wayne Rooney akan berlanjut lagi di musim panas mendatang.

Menarik untuk ditunggu apakah akan ada perubahan. Atau memang klub ini –seperti kasus Ronaldo- sudah siap kehilangan Roo.

Rooney hanya mau bertahan di Old Trafford setelah ia berbicara dengan Sir Alex di tempat latihan mereka.

Fergie menyebut sepanjang minggu pintunya masih terbuka. Rooney memasukinya lagi beberapa hari yang lalu setelah terkesima dengan sang manajer hebat.

Tapi pintu itu kemungkinan juga masih terbuka. Karena Rooney bisa saja kembali keluar darinya dalam waktu delapan bulan ke depan –seperti yang dulu dilakukan Ronaldo.

*posted in www.supersoccer.co.id (24/10/10)

The Wayne Rooney Saga: The Beginning of The End?

Beberapa tahun silam ada seorang anak muda yang memulai debutnya di Liga Champions dengan mencatat sebuah hat-trick. Seusai pertandingan sang pelatih rela susah payah meminta langsung bola pertandingan tersebut pada wasit sebagai suvenir.

Kemudian empat bulan yang lalu, satu orang Skotlandia -yang jelas-jelas tidak peduli mau sejauh mana pencapaian Inggris di Piala Dunia- menghubungi striker andalan Inggris yang sedang penuh tekanan untuk mengingatkan agar ia 'bersantai dan menikmati pertandingan di Afrika Selaran'.

Itulah hubungan antara Sir Alex Ferguson dan Wayne Rooney.

Sepanjang sejarah karirnya di Manchester United, Rooney sudah berkali-kali dibela dan dilindungi oleh Fergie, terutama dari serangan media. Sebagai timbal baliknya, striker tempramental ini mampu mengeluarkan penampilan terbaiknya sebagai pemain andalan sekaligus kesayangan para fans United.

Simply put, hubungan Roo-Fergie bisa digambarkan sebagai hubungan ayah-anak. Di dalam dan di luar lapangan hijau.

Tapi segala hubungan baik ini mendadak hancur.

Semuanya berawal dari bocornya perilaku 'nakal' Rooney ke publik. Ia dikabarkan berselingkuh dengan pelacur saat istrinya sedang mengandung. Berita ini jelas mengganggu kehidupan pribadi-nya dan tentu penampilannya di lapangan.

Kemampuan mencetak golnya menurun drastis. Ia sudah tidak mencetak gol dari open play semenjak awal tahun ini, dan baru mengemas satu gol untuk United sepanjang musim baru. Fergie pun memutuskan untuk 'mengistirahatkan' strikernya ini, dengan menyatakan bahwa Rooney sedang mengalami cedera ankle dan butuh waktu untuk pulih.

Clash antara dua orang ini mulai terlihat, saat pemain ini merengek di depan pers meminta untuk bermain. Katanya itu adalah satu-satunya cara agar ia kembali pada performa terbaiknya.

Semuanya pun mencapai puncaknya dalam satu pekan belakangan ini.

Rooney mengaku pada wartawan bahwa sepanjang musim ini ia tidak pernah mengalami cedera ankle. Saat ditanya mengapa Fergie menyebut ia memilikinya, Roo hanya menjawab "tidak tahu". Poin ini jelas jadi semacam 'pengkhianatan' yang dilakukan sang pemain.

Hubungan buruk mereka pun semakin tercium oleh media, hingga poin dimana sang striker menyatakan tidak ingin memperpanjang kontrak di United dan sudah berpikir untuk segera pindah klub.

Berita yang bagai petir di siang bolong, khususnya bagi para pendukung United.

Nama-nama besar semacam Real Madrid, Barcelona, dan Inter Milan langsung mengantri begitu mendengar peluang mendapat salah satu pemain depan terbaik dunia ini terbuka.

Tapi ada satu klub yang akan menjadi mimpi buruk bagi para fans United. Somehow, Roo malah terlihat ingin pindah ke sana sekaligus siap menjadi musuh utama: Manchester City.

Kondisi buruk ini memang bukan yang pertama kali dihadapi oleh Fergie. Sepanjang era-nya di United, pemain-pemain bintang selalu datang dan pergi -dan tidak semuanya dengan cara yang baik. Jaap Stam, David Beckham, Ruud Van Nistelrooj, Roy Keane, Carlos Tevez dan Cristiano Ronaldo adalah sederet kecil bintang besar yang pergi dari United. Sebagian dari mereka juga menjalani apa yang dijalani oleh Rooney saat ini, berseteru dengan sang pelatih.

Prinsip Fergie bahwa tidak ada satupun pemain yang lebih besar dari klub, memang terbukti membuatnya kehilangan banyak pemain bintang.

Tapi sejarah juga membuktikan, saat United kehilangan bintang mereka yang 'bandel', selalu muncul hal baik. Entah mendapat pengganti yang sepadan, atau gelar juara.

In other words, United have learned how to move from one player to another.

Rooney saat ini adalah striker pilihan ketiga bagi skuad utama United. Pemain utama mereka saat ini adalah Dimitar Berbatov. Javier Hernandez juga sedang mulai menemukan sentuhan barunya. Dengan form saat ini, Roo memang di luar skuad utama.

Meski begitu, tidak ada yang membantah bakat yang dimiliki oleh pemain ini. Sebagai seorang pekerja keras dan finisher yang nyaris sempurna, akan jadi sebuah kehilangan yang luar biasa besar jika ia akhirnya pindah.

Kondisi semacam ini bahkan memunculkan satu opsi baru yang nyaris tidak terpikirkan sebelumnya. Opsi bahwa sudah saatnya Sir Alex Ferguson turun dari tahtanya di Old Trafford, sehingga Rooney bisa ikut membantu tim ini bangkit di masa mendatang.

Seems impossible? Entahlah.

Bagaimana saga Wayne Rooney ini akan berakhir? Apakah hubungan baiknya dengan Fergie benar-benar sudah tidak bisa diperbaiki lagi? Atau satu pertanyaan lagi, yang paling mengejutkan, mungkinkah United mengorbankan Fergie demi Rooney?

Hanya waktu yang bisa menjawab.

*posted in www.supersoccer.co.id (19/10/10)

Pembabtisan Dimitar Berbatov Di Old Trafford

Ada momen-momen tertentu yang menjadikan seorang pemain sepakbola sebagai pemain Manchester United. Dan Dimitar Berbatov baru menjalani salah satu momen tersebut..

Kita bisa mengingat Cristiano Ronaldo menjadikan dirinya sebagai pemain United langsung pada debutnya dengan cara memesona publik Old Trafford dengan teknik-teknik ajaib kakinya saat menghadapi Bolton.

Sedangkan Wayne Rooney? Para pendukung setia United pasti bisa mengingat hat-trick yang ia ciptakan dalam pertandingan pedananya. Menghadapi Fenerbahce di ajang Liga Champions.

Dimitar Berbatov memiliki langkah yang berbeda dengan dua pemain tersebut. Jauh berbeda. Butuh waktu sekitar 25 bulan dan 92 pertandingan untuk membawanya mencapai titik tersebut. Titik pembabtisan sebagai seorang pemain Manchester United.

Pemain termahal dalam sejarah klubnya ini -dan nyaris juga menjadi flop termahal- menunjukkan kualitas yang benar-benar dimiilikinya pada saat yang tepat. Dan juga pada lawan yang tepat pula.

Saat performa Rooney -striker andalan mereka sepanjang musim lalu- mulai sedikit meredup, Berba menemukan peak-nya. Dan saat menghadapi Liverpool -yap. Liverpool. Musuh utama United- ia nyaris sendirian membawa timnya meraih tiga poin.

Dengan sebuah hattrick di Old Trafford menghadapi Liverpool.

Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Ryan Giggs, David Beckham, Eric Cantona, Ruud Van Nistelrooj, Wayne Rooney, dan sederet nama besar lainnya yang sempat menghuni skuad salah satu klub tersukses di dunia ini.

Dan para fans pun akhirnya jatuh cinta pada Berbatov. Took a while. But perhaps the waiting is over.

1946 adalah tahun terakhir di mana seorang pemain United mampu mencetak hattrick ke gawang sang rival terberat. Dan jika kemenangan atas Liverpool dengan skor beerapapun di ajang manapun adalah suatu hadiah besar untuk fans, apalagi sebuah hat-trick.

Diego Forlan -satu striker yang dilabeli gagal di Old Traffford, meskipun ternyata sukses di tempat lain- sempat mendapat satu chant tersendiri. ("He came from Uruguay. He made Scousers cry") Dan ia hanya mencetak DUA gol. Itupun dengan 'bantuan' blunder kiper lawan.

Kasus Berbatov sangat berbeda. Dalam tiga golnya, ia menunjukkan kelas, determinasi, dan kejeniusan yang mungkin sudah dilihat Sir Alex Ferguson sejak mendatangkannya beberapa musim lalu.

Gol pertama ia ditekan -dengan sedikit curang- oleh Fernando Torres. Bukannya menjatuhkan diri demi penalti, ia tetap ngotot menyundul bola. Hasilnya sukses membuat Old Trafford meledak. Gol kedua lebih istimewa lagi. Terkenal dengan gol-gol 'sulit'-nya -Berba jarang membuat gol mudah semacam tap in atau sontekan kecil-, ia menambah keunggulan United dengan sebuah salto yang terlihat malas, tapi secara luar biasa menembus gawang Pepe Reina.

Dan saat United sedang menghadapi masalah besar setelah untuk ketiga kalinya musim ini kehilangan keunggulan nyaman mereka atas lawan, Berba datang dan menyelamatkan mereka semua dengan gol ketiganya. Sebuah sundulan yang mengalahkan salah satu legenda The Kop di lini belakang, Jamie Carragher.

A hattrick that a LOT of people will remember.

Selama di United, Berba sudah dijuluki banyak nama. Pemalas, flop, striker gagal, pembuang peluang, dan lain-lain. Tapi sekarang rasanya kata 'pahlawan' sudah bisa masuk dalam daftar tersebut.

Tidak hanya di satu pertandingan ini saja. Musim ini memang sudah terlihat sebagai saat yang tepat baginya untuk bangkit. Setelah nyaris sepanjang jendela transfer dikabarkan ia siap dilepas dan klubnya terus mencari striker baru, Berba tetap berada di skuad.

It all paid off. At least until now. 6 gol dari lima pertandingan di Liga. 7 gol jika ditambah satu di Community Shield. Bandingkan dengan 12 gol yang diciptakannya musim lalu dalam 33 pertandingan.

Kini harapan para pendukung United sudah terbebani pada punggung Berbatov. Seorang pemain Bulgaria penuh bakat yang seringkali menjadi bahan caci-maki para fans sejak kedatangannya. Kini, ia bisa jadi salah satu kunci penting bagi United dalam upaya mereka meraih gelar Liga Inggris kembali. Dan ditambah juga Liga Champions.

Dan jikapun ia tidak berhasil memenuhi ekspektasi tinggi tersebut, at least he got a hat-trick againts Liverpool in Old Trafford!

*posted on www.supersoccer.co.id (22/09/10)

Pertandingan-Pertandingan Terbaik United vs Spurs

Ah. Manchester United vs Tottenham Hotspur. Duel dua tim yang punya ideologi permainan yang sama. Terbuka. Hasilnya? Seringkali tercipta partai dengan banyak gol.

Saat United dan Spurs bertemu, selalu ada potensi pertandingan klasik tercipta -mari kesampingkan kemenangan adu penalti United di final Carling Cup ketika itu.

Berikut ini beberapa pertandingan United-Spurs yang banjir gol. Dan juga yang menjadi penentu juara Liga Premier (United tentu saja, Spurs belum)


Tottenham Hotspur 3 vs 5 Manchester United, 29 September 2001
Laga United vs Spurs selalu membawa kita teringat akan pertandingan ini. Salah satu comeback terbaik, dalam salah satu laga terbaik yang pernah ada di Liga Inggris.
Saat babak pertama berakhir, nyaris semua orang menganggap pertandingan juga sudah berakhir. Spurs unggul 3-0.
Namun di sinilah, praktek hair-dryer Sir Alex Ferguson tampak sangat ampuh.
Babak kedua, bukannya tertekan karena tertinggal, anak-anak Red Devils mengamuk dan mencetak lima gol tanpa balas. Meninggalkan suporter Spurs -yang sudah sangat yakin akan menang- terdiam tidak percaya.



Tottenham Hotspur 4 vs 1 Manchester United, 1 Januari 1996
.
Belakangan ini, Spurs memang terlihat sangat sulit untuk mencuri kemenangan dari United. Tapi mereka juga pernah menang telak.
14 tahun silam, awal tahun yang buruk menjadi hadiah dari tim London Utara kepada United yang sedang mencoba bertarung meraih gelar ketika itu.
Spurs mampu tampil luar biasa dan menghajar United 4-1. Sebuah skor yang masih sulit mereka ulangi hingga saat ini.



Manchester United 5 vs 2 Tottenham Hotspur, 25 April 2009.

Lagi-lagi banjir gol. Lagi-lagi comeback.
Spurs punya hobi kehilangan keunggulan mereka saat menghadapi United. Termasuk pada pertandingan kali ini.
Sempat unggul 2-0, Spurs memberikan harapan besar bagi Liverpool -rival titel United ketika itu- untuk merebut gelar juara dari sang tuan rumah.
Tapi Manchester Merah kembali mampu bangkit dengan menggelontorkan lima gol tanpa ampun dan menunjukkan pada semua orang: the title is theirs.
And yes it is. Dalam beberapa pekan kemudian, they retain the Premier League Trophy.


Manchester United 2 vs 1 Tottenham Hotspur, 16 Mei 1999.

Another memorable moment. For United.
Pertandingan ini adalah awal kesuksesan treble United musim itu.
Bertarung neck-to-neck dengan Arsenal hingga hari terakhir Liga, Spurs sempat membuat publik Old Trafford terdiam setelah unggul lebih dulu.
Tapi semangat pantang menyerah ala United membuat mereka berhasil menyamakan kedudukan melalui David Beckham. Dan akhirnya menang dengan gol Andy Cole.
United pun sukses meraih gelar liga. And as history told us... They went on and win everything in the next ten days....

*posted in www.supersoccer.co.id (30/10/10)

Transfer Hari Terakhir Yang 'Bersinar'

Kehebohan hari terakhir transfer kemarin sempat nyaris terlupakan karena diselingi oleh minggu pertandingan Internasional. Kini, dengan liga Inggris kembali dibuka, mari melihat kembali transfer-transfer yang paling menarik perhatian -setidaknya menurut kami.

Rekor Pembelian
Asamoah Gyan (Stade Rennes ke Sunderland)

Tidak. Tidak 80 Juta Pound tentu saja. 13 Juta Pound. Tapi itu sudah cukup untuk memecahkan rekor transfer Sunderland. Apalagi untuk pemain yang sebelum Piala Dunia digelar masih belum terdengar namanya.

Kini, ia siap untuk bertarung di Liga Premier -sambil mencoba melupakan kegagalan penalti di menit terakhir melawan Uruguay- berdampingan dengan Darren Bent, mencoba menteror lawan-lawan Sunderland.

Promising? You bet.



Surprise... Surprise...

Rafael Van Der Vaart (Real Madrid ke Tottenham Hotspur)

Menit terakhir. Literally. Dan bahkan sudah melewati batas waktu transfer. Dengan alasan semacam mesin faks mereka rusak (they still using that? What happen with emails?), Spurs berhasil meyakinkan FA untuk mensahkan transfer ini.

'Hanya' 8 Juta Pound yang harus dibayarkan klub London Utara ini untuk mendapatkan pemain asal Belanda ini demi memperkuat lini tengah mereka. Sebuah deal yang -menurut Arjen Robben- membuat Spurs kini setara dengan Arsenal.

Really?



Langkah Besar
Jean Beausejour (Club America ke Birmingham)

Mengikuti jejak Javier Hernandez, pemain asal Cili ini pindah dari Liga Meksiko ke ketatnya Liga Premier. Pemain sayap ini cukup dikenal di kalangan, err... beberapa orang.

Berusia 26 tahun dan belum punya pengalaman sama sekali di Liga Utama Eropa, pemain ini sepertinya akan butuh waktu beberapa lama untuk beradaptasi dengan iklim permainan di Inggris. Tapi tetap jadi salah satu aset berharga Birmingham musim ini.


Langkah Yang Lebih Besar Lagi
Matt Phillips (Wycombe ke Blackpool)

Jika Beausejour pindah benua, maka Phillips melompat dengan lebih hebat. Ia naik tiga kasta.

Memang pemain ini masih berusia 19 tahun dan sepertinya belum akan langsung masuk ke tim utama Tangerines, namun akan sangat menarik melihatnya tampil jika diberi kesempatan menghadapi -let's say- pemain semacam Didier Drogba.

Dan untuk ukuran pemain dari divisi bawah, ia cukup mahal. Jika Blackpool sukses lolos dari zona degradasi musim ini, maka nilai Phillips akan meningkat menjadi nyaris setengah juta pound.



Pertukaran Banyak Pemain Sekaligus
Pompey dan Stoke ; Liverpool dan Fulham

Upaya Liverpool untuk mendapatkan Paul Konchesky dari Fulham berhasil dengan membayar 4 Juta Pound ditambah memberikan dua pemain reserves mereka Lauri Dalla Valle dan Alex Kacaniklic ke arah sebaliknya.

Sedangkan Stoke berhasil mendapatkan Marc Wilson dari Pompey dengan melepas Liam Lawrence dan Dave Kitson -si pembuat masalah- ke Fratton Park.

Kedatangan Wilson adalah angin yang cukup bagus bagi Stoke, meski kehilangan Lawrence ke divisi Championship agak sedikit disayangkan. Sedangkan bagi Liverpool, Konchesky akan jadi tambahan yang pas untuk Roy Hodgson. Orang ini jelas lebih bagus dari Emiliano Insua.


Transfer Si Pencari Perhatian

Can you guess? Yup. Robinho. Pemain ini sudah amat sangat bertingkah sejak waktu yang lama. Setelah keadaan menjadi sedikit sulit di Manchester City ia memutuskan untuk kembali ke Liga Brazil untuk bertanding di sana.

Dan kemudian, ia sempat menyebut ingin kembali dan berjuang bersama City. Akhirnya? Ia berteriak-teriak minta dilepas dari Eastland. Tapi menolak untuk bergabung ke Liga Turki. Terlalu kecil untuk kepala yang besar mungkin?

Beruntung ada AC Milan yang bersedia menampungnya di Serie A dengan nila 15 Juta Pound -yang bisa terus meningkat. Good luck seeking attention there, then.

Salah Satu Transfer Terbaik Musim Panas Ini -Di Hari Terakhir
Aleksander Hleb (Barcelona ke Birmingham)

Well. He's back. Dan Birmingham secara luar biasa mendapatkan jasa mantan pemain Arsenal ini dengan status pinjaman. Kehadirannya di lini tengah akan membuat tim yang kerap membuat kesulitan klub-klub papan atas ini semakin kuat dan berbahaya.

Good move, McLeish. Let see how this gonna go.

*posted in www.supersoccer.co.id (11/09/10)

Perbedaan Kebijakan Manchester City dan Arsenal

Manchester City dan Arsenal adalah dua kutub yang berbeda.

Yap. Secara geografis, keduanya memang berada di sudut Inggris yang berbeda. satu kota London, dan satu kota Manchester. Tapi bukan itu yang ingin penulis bahas di sini.

Beberapa tahun belakangan Manchester Biru berubah menjadi salah satu tim yang paling kaya di Inggris, bahkan di dunia.

Kedatangan seorang juragan asal Abu Dhabi mengubah total klub Eastland ini, khususnya dalam strategi belanja pemain. Dari yang tadinya sulit ditemukan di peta transfer pemain-pemain kelas atas, City tiba-tiba muncul, membawa setumpuk uang, dan 'membajak' banyak pemain bintang dari berbagai klub lain. Carlos Tevez, Emmanuel Adebayor, David Silva, Roque Santa Cruz, Gareth Barry, adalah sederet nama-nama tenar yang berhasil diboyong.

Dalam tempo yang singkat, City menjelma menjadi salah satu tim yang bertabur bintang di Liga Inggris. A force to be reckoned with.

Total pengeluaran mereka semenjak di-takeover? (drumroll please...)

369 JUTA POUND.

Dengan perincian sebagai berikut: 122 Juta Pound di musim perdana take over, 117 Juta di musim selanjutnya, dan nyaris 130 Juta Pound di musim ini.

Mari pindah dulu ke Arsenal.

Di sinilah kutub yang berbeda itu muncul.

Tim London utara ini bukanlah tim miskin. Bahkan, salah satu hasil riset menyebutkan bahwa Arsenal adalah tim yang kondisi keuangannya paling sehat dibanding tim-tim lain di liga-liga besar Eropa.

Akan tetapi, strategi transfer mereka setiap tahun sepertinya tidak banyak berubah. Mencari pemain-pemain muda penuh bakat, dan menjadikan mereka bintang di klub yang penuh bakat ini. Dari sinilah kita mulai mengenal nama-nama semacam Cesc Fabregas, Jack Wilshere, Theo Walcott, dll.

Tim muda penuh potensi. Itulah julukan yang kerap diberikan pada Arsenal.

Arsenal di tahun 2009 silam sempat menjadi klub elite Eropa dengan pengeluaran paling sedikit.

Bahkan jika dipukul rata, pengeluaran bersih Arsenal sepanjang Liga Premier berjalan dari tahun 1992 lalu adalah: 32 Juta Pound -seharga Robinho yang dibeli City dua tahun lalu. (Ini angka yang didapat setelah menggabungkan penjualan dan pembelian).

Sangat rendah untuk tim sekelas Arsenal.

So, bagaimana hasilnya, bila 2 kebijakan transfer yang berbeda ini dibandingkan?

Let's start with City.

Ekspektasi luar biasa tinggi dari tim yang dipenuhi pemain bintang dan uang ternyata bukan jaminan sukses. Dua musim berlalu dan mereka tetap tanpa trofi. City juga terpental dari target utama mereka, mengisi satu tempat di Liga Champions musim ini.

Tapi cerita kegagalan itu adalah bagian dari masa lalu.

Musim ini diawali City dengan cukup gemilang. Sementara, mereka menduduki peringkat kedua klasemen liga Inggris di bawah Chelsea. Lebih lanjut lagi, mereka juga satu-satunya tim yang sukses menundukkan sang juara bertahan tersebut sejauh ini.

Apakah musim ini sudah menjadi saat bagi Roberto Mancini memetik hasil dari pengeluaran ratusan juta Pound di tim mereka?

It's still a little bit too early to tell.

Sekarang. Arsenal.

Ah... Arsenal. Satu tim yang tidak pernah keluar dari zona big-four. Penghuni tetap pertarungan para elit di Eropa. Sebuah tim muda yang dipenuhi dengan talenta dahsyat di setiap lini... meski tanpa gelar.

Strategi transfer Arsenal memang cenderung sehat jika dilihat dari segi keuangan. Mereka jarang membelanjakan uang banyak demi membeli satu pemain bintang.
Yang lebih sering dilakukan adalah membuat sendiri para bintang yang bermain di klub tersebut..

Hal yang menjadikan mereka salah satu tim paling atraktif di planet ini? Hell yes.
Efektif? Err... Not really.

Hingga detik ini, sudah sekitar lima musim anak-anak asuh Arsene Wenger ini tidak mencicipi nikmatnya memenangi sesuatu. Arsenal terus terlihat berbahaya di awal, selalu menjadi ancaman bagi klub manapun, namun pada suatu titik di musim biasanya kehabisan bensin dan menurun.

Ini juga menyebabkan mereka banyak ditinggal para pemain bintang mereka sendiri. Yang tanda-tandanya sudah semakin kencang adalah: Cesc Fabregas. Sang kapten sudah puluhan kali menyatakan keinginannya untuk pindah ke Barcelona.

Kebijakan semacam ini memang berdampak positif jika dilihat dari berbagai sisi. Energi bermain, semangat, keuangan. Sayangnya, terlihat jelas kebutuhan adanya bintang berpengalaman di tim ini. Bisa dibayangkan jika elemen tersebut dimasukkan ke dalam tim Arsenal saat ini. Masalah inkonsistensi dan 'kelabilan' bermain mereka bisa teratasi.

Oleh karena itu, mengacu pada kondisi kedua tim sekarang ini, penulis bisa berkesimpulan bahwa saat ini Manchester City berada satu kursi di atas Arsenal dalam perburuan gelar juara Liga Inggris.

1-0 for City. At least for this stage of the competition.

Akhir pekan ini, kita akan disajikan tontonan pertarungan langsung dua tim beda kutub ini. Kita lihat saja di lapangan.

Siapa yang lebih unggul: tim-pembeli-bintang? Ataukah tim-pencetak-bintang? Menarik ditunggu.

*posted in supersoccer.co.id (23/10/10)

Thursday, November 18, 2010

'The Clinic': A Review



Kemarin gw baru nonton 'The Clinic'di INAFF 2010....

Film sakit jiwa.
Film sakit jiwa.
FILM SAKIT JIWA!!!

sebuah film thriller dari Aussie yang bercerita soal seorang ibu hamil yang tiba2 kebangun dan ngedapetin anak-nya udah gak ada dalam perut.

Dan ternyata -di bangunan tua itu- dia gak sendirian. Ada beberapa wanita muda lain yang anak-nya sama-sama diambil paksa dari perut.

mereka akhirnya bisa ketemu sama bayi mereka. Masalahnya adalah mereka gak tau yang mana bayi mereka sendiri.

And it was 1979. About 6 years before the DNA technology.

Dan satu per satu, ibu-ibu muda ini mulai dibunuh. Demi tag yang ditanam di dalam perut mereka. Tag ini satu-satunya tanda yg bisa nunjukin yang mana bayi mereka sebenarnya...

Gimana cara nya mereka survive? Atau bahkan mati semuanya?

Well... I won't spoil all in here.

Yang jelas, ini film dahsyat horornya.

Dibandingin diganggu sama hantu-hantu gak jelas, film ini lebih memilih untuk ngeganggu kita secara psikologis. Teror yang muncul bener-bener gak sehat.

Lebih parah-nya lagi, ada eksplanasi logis dari apa yang dilakukan oleh sang tokoh psikopat di film ini. Dan justru ini yang ngebuat horornya makin kerasa nyata.

Well, the term 'A Mother Will Do Anything For Her Child' took a very extreme turn here.

Film sakit. Yang saking sakit-nya justru bisa bikin kita percaya kalo hal kayak gini bisa aja terjadi.

Blom lagi twist-twist dahsyat yang muncul sepanjang film.

This is a brilliant choice from INAFF's committee...

I was literally at the edge of my seat almost the whole movie.

Sick. Bloody. Smart. Real. Terror. What else can you ask?

Hallo... Again... :D

Halo dear Blog.

July - November.

Terakhir gw menulis di sini adalah bulan Juli. Abis nonton Inception.
Dan baru beberapa minggu lalu Inception keluar dvd-bajakan-gambar-bagus nya. Bahkan yang original-nya belom keluar sama sekali. Cih.

Okay. Not the point.

Yang jelas dan yang pasti adalah banyak sekali hal yang berubah.

Belum. Gw blom lulus. Bab 1-3 gw masih menunggu revisi dari sang pembimbing tersayang.

And yes. Gw masih menulis untuk www.supersoccer.co.id.

Sekali-sekali pake nama 'Ethan Hajira'.

On the plus side, i got a new job.

Majalah OUCH. majalah gratisan buat anak-anak SMA.

it's a fun job this is. Although nothing compared to my other job.

This is my blog-back.

Mem-blog-kan diri kembali.

Mencurahkan kelabilan dan ketidakstabilan pikiran gw di sini.

Thi is me. Writing back.

Expect. Some. Rollercoaster Ride.

...................... Echa's Mind To Share ........................................