Showing posts with label Arsenal. Show all posts
Showing posts with label Arsenal. Show all posts

Friday, January 20, 2012

Menilai Kembalinya Scholes dan Henry di Liga Premier

Mendatangkan pemain senior atau bahkan yang sudah pensiun berarti satu hal bagi sebuah klub: mereka membutuhkan solusi instan.

Itulah yang dilakukan oleh Manchester United dan Arsenal saat memutuskan untuk ‘mengembalikan’ Paul Scholes dan Thierry Henry ke dalam skuad mereka. Keduanya adalah legenda hidup dan punya pengaruh yang sangat besar. Dan itulah yang mereka harapkan akan datang saat keduanya tampil kembali membela klub lama mereka ini.

Henry dipanggil kembali dalam jangka waktu super pendek. Hanya dua bulan saja. Dengan status pinjaman dari klub MLS, New York Red Bulls, ia disiapkan sebagai pengganti Marouane Chamakh dan Gervinho yang harus absen beberapa waktu karena ajang Piala Afrika.

Sementara Paul Scholes keluar dari masa pensiunnya dan kembali ke United setelah masalah lini tengah sang juara bertahan semakin memburuk. Dengan tidak adanya dana –atau lebih tepatnya niat- untuk membeli pemain baru, Scholes pun diharapkan bisa menjadi penyelamat dalam kontraknya hingga akhir musim nanti.

Jadi, karena ini adalah sebuah proyek jangka pendek dengan target sukses jangka pendek pula, maka rasanya layak untuk menilai penampilan keduanya hanya berdasarkan dua pertandingan perdana mereka.

Henry muncul di Arsenal dengan penuh gaya. Ia tampil menghadapi tim Championship, Leeds United, di Piala FA pada babak kedua dan langsung mencetak gol kemenangan. Sebuah hadiah kedatangan kembali darinya untuk para fans dan Arsene Wenger. Then again, lawannya ketika itu adalah tim divisi di bawah Liga Premier dan hanya di ajang Piala FA.

Tantangan sebenarnya muncul beberapa hari kemudian saat Arsenal bertandang ke Swansea City di Liberty Stadium. Timnya dihantam permainan luar biasa sang tim promosi dan Henry diharapkan bisa mengubah keadaan saat masuk di babak kedua. Tidak banyak membantu. The Gunners tetap kalah memalukan 2-3.

Di Manchester United, Paul Scholes memulai debut ulangnya saat menghadapi Manchester City di Piala FA dengan… sebuah blunder. Kesalahannya sempat membuat City mampu menciptakan gol dan membuat hidup United dalam sisa pertandingan tersebut menderita. Beruntung, The Red Devils tetap mampu menang dengan skor 3-2.


Kesalahan tersebut tidak membuat Sir Alex Ferguson kehilangan kepercayaan. Ia justru memberikan satu tempat di starting XI saat United menghadapi Bolton Wanderers akhir pekan kemarin. Scholes membayarnya dengan sempurna. Publik Old Trafford menyaksikan kembalinya pahlawan mereka dengan sebuah gol pembuka kemenangan telak 3-0.

Then again. Lawan mereka kali ini adalah tim yang sedang berjuang keras menghindari zona degradasi.

Jadi, bagaimana penilaian awal bagi para legenda yang rela turun gunung untuk kembali membela klub yang mereka cintai ini?

Henry jelas bukanlah pemain yang sama dengan yang pernah Arsenal miliki dulu. Meski begitu, keberadaannya memberikan aura positif dalam skuad dan inilah yang diincar oleh Wenger –selain golnya di lapangan tentu saja. Sayang, aura positif saja ternyata belum cukup untuk membawa timnya ke jalur kemenangan di Liga.

Scholes masih tetap Scholes. Enam bulan ‘berlibur’ tidak memberikan banyak perubahan. Kemampuan passing-nya tetap yang terbaik. Dan kemampuan tackle-nya tetap yang terburuk. Dan, oh, he really can scores. Untuk sementara, keputusan membawa kembali Scholes cukup bisa membantu United. Meski masih banyak yang harus dibuktikan. Terutama jika melawan tim yang lebih besar dari Bolton.

Akhir pekan ini akan menjadi ajang pembuktian keduanya. Seolah sedang melihat sebuah kelompok musik besar mengadakan tur reuni mereka, maka Emirates Stadium pun akan melihat benturan kedua legenda dan akan membuat banyak orang berpikir mereka menyaksikan re-run Arsenal vs United di tahun 2004 silam.

Apapun itu, kembalinya kedua legenda ini adalah sebuah warna yang mengejutkan di Liga Premier musim ini. Dan di tengah sepakbola yang semakin diatur dengan uang dan kerakusan para pemain beserta agen mereka, romantisme semacam ini bisa menjadi sebuah bumbu yang manis bagi fans di manapun.

*dimuat di www.supersoccer.co.id (20/01/2012)

Monday, November 29, 2010

Masalah Besar Arsenal di Lini Belakang

Arsenal. Sang buah apel yang tidak kunjung ranum itu kini sedang menghadapi masalah baru. Lini belakang.

Tim London Utara ini sedang punya peluang yang sangat baik untuk menjadi juara musim ini. Posisi mereka terus stabil di papan atas klasemen dan terus mengancam dominasi Chelsea-Manchester United di atas mereka. Beberapa penampilan mereka pun memang menunjukkan bahwa tim ini punya potensi dan daya ledak yang luar biasa untuk meraih titel. Sang pelatih, Arsene Wenger, juga sempat menyebutkan timnya sudah punya segalanya yang dibutuhkan untuk menjadi juara di Liga Premier.

Pertanyaan sederhana yang muncul: Benarkah?

Melihat beberapa pertandingan terakhir, ada satu masalah yang muncul dan cukup mencolok terlihat dari anak-anak muda ini.

Kita sudah terbiasa dipertontonkan horror-show ala Arsenal di bawah mistar gawang. Blunder kiper menjadi warna yang biasa dalam setiap pertandingan mereka. Musim ini, Manuel Almunia dan Lukasz Fabianski tidak terlalu sering membuat blunder sendirian. Kali ini mereka justru dibantu oleh… tandem pemain yang berposisi persis di depan mereka.

Salah satu kelemahan utama Arsenal yang muncul di musim ini adalah rapuhnya lini belakang.

Kebijakan Wenger di awal musim untuk melepas beberapa pemain belakangnya dan membeli Laurent Koscielny dan Sebastien Squillaci belum terjustifikasi dengan baik.

Selain nama yang sama-sama sulit untuk dieja keduanya memiliki kesamaan. Terlihat impresif di awal musim, tapi semakin memburuk seiring musim berjalan.

Sebenarnya lini belakang Arsenal punya bek yang berkualitas tinggi dalam sosok Thomas Vermaelen. Tapi sayangnya, 'Verminator' masih harus terkapar entah sampai kapan di pinggir lapangan.

Para pemain-pemain muda yang dipasang untuk melengkapi tim ini juga mengkhawatirkan. Di satu pertandingan mereka bisa tampil luar biasa, dan pekan depannya bisa tampil kelewat buruk. Inkonsistensi jadi pilihan kata yang tepat untuk pemain-pemain ini. Secara umum lini pertahanan Arsenal bolong dimana-mana.

Di depan, tim ini punya tingkat ketajaman yang luar biasa. Dalam sebuah hari yang bagus, mereka bisa dengan mudah mencetak empat sampai lima gol ke gawang lawan mereka.

Masalahnya, kini lini belakang mereka menunjukkan performa penampilan mengkhawatirkan. Terbukti jelas di pertandingan terakhir, saat mereka membuang keunggulan 2-0 atas Spurs –sang rival abadi- dan harus rela kalah 2-3. Di kandang sendiri pula.

Para bek Arsenal terlihat lemah dan kesulitan menghadapi serangan pantang menyerah yang diperagakan lawan mereka, dan bukan yang pertama kalinya hal ini terjadi sepanjang di musim 2010/2011.

Sudah sering terlihat para bek Arsenal selalu kesulitan mengimbangi lawan yang mengandalkan fisik. Nama-nama semacam Didier Drogba dan Andy Carroll sudah menjadi bully yang terbukti sukses menghancurkan pertahanan Arsenal.

Dalam beberapa pertandingan, barisan pertahanan Arsenal sering terlihat tidak punya kekuatan apapun untuk mencegah gol tercipta di gawang mereka. Tiga kekalahan kandang dan musim baru berjalan seperempat menjadi biaya mahal untuk hal ini.

Solusinya?

Bola ada di tangan Wenger. Entah bagaimana caranya ia harus bisa memotivasi para pemain belakangnya untuk bisa tampil jauh lebih baik lagi. Terutama jika mereka masih ingin punya peluang merebut titel liga Inggris setelah puasa 6 tahun.

Solusi instan lain yang mungkin dipertimbangkan adalah dengan membeli pemain baru di bulan Januari nanti. Seorang pemain belakang yang sudah punya nama dan pengalaman yang cukup untuk menghadapi kerasnya persaingan di liga Inggris.

So, what are you going to do, Monsieur?

*posted in www.supersoccer.co.id 22/11/10

Friday, November 19, 2010

Perbedaan Kebijakan Manchester City dan Arsenal

Manchester City dan Arsenal adalah dua kutub yang berbeda.

Yap. Secara geografis, keduanya memang berada di sudut Inggris yang berbeda. satu kota London, dan satu kota Manchester. Tapi bukan itu yang ingin penulis bahas di sini.

Beberapa tahun belakangan Manchester Biru berubah menjadi salah satu tim yang paling kaya di Inggris, bahkan di dunia.

Kedatangan seorang juragan asal Abu Dhabi mengubah total klub Eastland ini, khususnya dalam strategi belanja pemain. Dari yang tadinya sulit ditemukan di peta transfer pemain-pemain kelas atas, City tiba-tiba muncul, membawa setumpuk uang, dan 'membajak' banyak pemain bintang dari berbagai klub lain. Carlos Tevez, Emmanuel Adebayor, David Silva, Roque Santa Cruz, Gareth Barry, adalah sederet nama-nama tenar yang berhasil diboyong.

Dalam tempo yang singkat, City menjelma menjadi salah satu tim yang bertabur bintang di Liga Inggris. A force to be reckoned with.

Total pengeluaran mereka semenjak di-takeover? (drumroll please...)

369 JUTA POUND.

Dengan perincian sebagai berikut: 122 Juta Pound di musim perdana take over, 117 Juta di musim selanjutnya, dan nyaris 130 Juta Pound di musim ini.

Mari pindah dulu ke Arsenal.

Di sinilah kutub yang berbeda itu muncul.

Tim London utara ini bukanlah tim miskin. Bahkan, salah satu hasil riset menyebutkan bahwa Arsenal adalah tim yang kondisi keuangannya paling sehat dibanding tim-tim lain di liga-liga besar Eropa.

Akan tetapi, strategi transfer mereka setiap tahun sepertinya tidak banyak berubah. Mencari pemain-pemain muda penuh bakat, dan menjadikan mereka bintang di klub yang penuh bakat ini. Dari sinilah kita mulai mengenal nama-nama semacam Cesc Fabregas, Jack Wilshere, Theo Walcott, dll.

Tim muda penuh potensi. Itulah julukan yang kerap diberikan pada Arsenal.

Arsenal di tahun 2009 silam sempat menjadi klub elite Eropa dengan pengeluaran paling sedikit.

Bahkan jika dipukul rata, pengeluaran bersih Arsenal sepanjang Liga Premier berjalan dari tahun 1992 lalu adalah: 32 Juta Pound -seharga Robinho yang dibeli City dua tahun lalu. (Ini angka yang didapat setelah menggabungkan penjualan dan pembelian).

Sangat rendah untuk tim sekelas Arsenal.

So, bagaimana hasilnya, bila 2 kebijakan transfer yang berbeda ini dibandingkan?

Let's start with City.

Ekspektasi luar biasa tinggi dari tim yang dipenuhi pemain bintang dan uang ternyata bukan jaminan sukses. Dua musim berlalu dan mereka tetap tanpa trofi. City juga terpental dari target utama mereka, mengisi satu tempat di Liga Champions musim ini.

Tapi cerita kegagalan itu adalah bagian dari masa lalu.

Musim ini diawali City dengan cukup gemilang. Sementara, mereka menduduki peringkat kedua klasemen liga Inggris di bawah Chelsea. Lebih lanjut lagi, mereka juga satu-satunya tim yang sukses menundukkan sang juara bertahan tersebut sejauh ini.

Apakah musim ini sudah menjadi saat bagi Roberto Mancini memetik hasil dari pengeluaran ratusan juta Pound di tim mereka?

It's still a little bit too early to tell.

Sekarang. Arsenal.

Ah... Arsenal. Satu tim yang tidak pernah keluar dari zona big-four. Penghuni tetap pertarungan para elit di Eropa. Sebuah tim muda yang dipenuhi dengan talenta dahsyat di setiap lini... meski tanpa gelar.

Strategi transfer Arsenal memang cenderung sehat jika dilihat dari segi keuangan. Mereka jarang membelanjakan uang banyak demi membeli satu pemain bintang.
Yang lebih sering dilakukan adalah membuat sendiri para bintang yang bermain di klub tersebut..

Hal yang menjadikan mereka salah satu tim paling atraktif di planet ini? Hell yes.
Efektif? Err... Not really.

Hingga detik ini, sudah sekitar lima musim anak-anak asuh Arsene Wenger ini tidak mencicipi nikmatnya memenangi sesuatu. Arsenal terus terlihat berbahaya di awal, selalu menjadi ancaman bagi klub manapun, namun pada suatu titik di musim biasanya kehabisan bensin dan menurun.

Ini juga menyebabkan mereka banyak ditinggal para pemain bintang mereka sendiri. Yang tanda-tandanya sudah semakin kencang adalah: Cesc Fabregas. Sang kapten sudah puluhan kali menyatakan keinginannya untuk pindah ke Barcelona.

Kebijakan semacam ini memang berdampak positif jika dilihat dari berbagai sisi. Energi bermain, semangat, keuangan. Sayangnya, terlihat jelas kebutuhan adanya bintang berpengalaman di tim ini. Bisa dibayangkan jika elemen tersebut dimasukkan ke dalam tim Arsenal saat ini. Masalah inkonsistensi dan 'kelabilan' bermain mereka bisa teratasi.

Oleh karena itu, mengacu pada kondisi kedua tim sekarang ini, penulis bisa berkesimpulan bahwa saat ini Manchester City berada satu kursi di atas Arsenal dalam perburuan gelar juara Liga Inggris.

1-0 for City. At least for this stage of the competition.

Akhir pekan ini, kita akan disajikan tontonan pertarungan langsung dua tim beda kutub ini. Kita lihat saja di lapangan.

Siapa yang lebih unggul: tim-pembeli-bintang? Ataukah tim-pencetak-bintang? Menarik ditunggu.

*posted in supersoccer.co.id (23/10/10)