Monday, November 29, 2010

Manchester United Mencapai Puncak Klasemen, Meski Sering Tidak Meyakinkan

Akhirnya puncak klasemen menjadi milik Manchester United berkat kemenangan 7-1 atas Blackburn Rovers kemarin. Dengan rekor sama sekali belum terkalahkan di musim ini. Namun, rumah-rumah judi di Inggris masih menebak-nebak apakah mungkin United akan tetap tidak terkalahkan hingga akhir musim, tetap tidak mendapatkan gelar.

Sederhana saja, United adalah sebuah tim yang sulit dikalahkan. Tapi dalam beberapa pertandingan, mereka juga terlihat sangat kesulitan untuk mengamankan kemenangan. Hal-hal seperti ini justru menjadi kunci penting yang membedakan sebuah tim yang hebat dengan sebuah tim juara.

Saat ini, United akhirnya berhasil memuncaki klasemen untuk pertama kalinya semenjak musim dimulai. Penampilan fantastis yang diwarnai lima gol Dimitar Berbatov menjadi hasil paling gemilang mereka sepanjang musim. Ini juga artinya rekor tidak terkalahkan mereka berlanjut dan sudah mencapai angka 29. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana mungkin United kini bisa duduk di puncak klasemen, terutama jika melihat bagaimana mereka mengawali musim ini?

Apakah rekor tidak terkalahkan ini adalah sebuah tanda kualitas dan kehebatan United atau hanya sebagai sebuah refleksi bagaimana satu tim yang dulunya paling ganas di Liga Premier ini sudah menjadi macan yang tidak bergigi? Di mana faktor 'wow'-nya?

Faktor 'wow' ini memang akhirnya terjawab hari Sabtu kemarin. Kemenangan 7-1 dengan sebuah permainan cantik menjadi bukti bagaimana United sebenarnya bisa bermain dengan sangat baik dan mengagumkan jika mereka mau. Sayangnya, sejauh ini justru bukan wajah itu yang muncul. Harus diakui, meski sama sekali belum terkalahkan, penampilan mereka seringkali membuat para pendukungnya nyaris terkena serangan jantung.

Perjalanan panjang rekor tidak terkalahkan ini bermula dari kekalahan 1-2 di kandang atas Chelsea pada bulan April silam. Semenjak itu, United terus menjalani pertandingan tanpa pernah sekalipun merasakan yang namanya kekalahan. Namun, sepanjang itu juga, United jarang menampilkan sepakbola brilian ala mereka yang menjadi kunci sukses sepanjang era Sir Alex Ferguson.

Sepanjang tahun 2010 ini, United tidak tampak memiliki keunggulan yang cukup seperti yang pernah ada dalam tim 'Invincibles'-nya Arsenal beberapa tahun silam. Atau tidak usah jauh-jauh, daya rusak tim ini juga sudah menurun jika dibandingkan dengan skuad yang mereka punya dua tahun lalu saat sukses meraih double-winner.

Sebelum hari Sabtu kemarin, yang kita lihat dari United hanyalah hasil belaka. Tanpa adanya style alias gaya bermain yang sanggup meyakinkan siapapun bahwa mereka layak juara. Tapi justru dengan kondisi saat ini di Liga Premier, di mana semua tim tampaknya punya hobi untuk terpeleset di manapun, apa yang dilakukan tim asal Manchester ini bisa dibilang sudah cukup.

Seperti di Piala Dunia, saat tim-tim kecil secara mengejutkan mampu membuat banyak tim besar kerepotan dengan permainan ngotot dan defensif mereka, tren ini mulai menular ke Liga Premier. Kemampuan West Brom untuk menahan United dan menaklukkan Arsenal atau kemenangan dahsyat Sunderland atas Chelsea menjadi hasil-hasil yang tidak akan bisa ditebak akan terjadi sebelum musim ini dimulai. Tim-tim 'kecil' ini seolah sudah menemukan cara mereka untuk mengagetkan dunia.

Satu sisi positif United -yang juga menjadi alasan kuat mengapa mereka kini duduk di puncak klasemen- adalah kemampuan mereka menghindari kekalahan memalukan di kandang sendiri. Sesuatu yang sudah dialami oleh rival-rival terberat mereka dalam merebut gelar musim ini.

Namun dalam 29 pertandingan tanpa terkalahkan mereka, ada sembilan hasil imbang dan ada juga banyak poin yang hilang akibat kebobolan di menit-menit terakhir. Wayne Rooney hanya terlibat di 14 pertandingan semenjak kekalahan dari Chelsea itu, dan Dimitar Berbatov sempat melalui 13 jam tanpa mencetak gol -sebelum akhirnya mengamuk dan langsung memborong lima gol sekaligus.

Dan meski tidak terlihat begitu meyakinkan, United berhasil melewati masalah-masalah semacam performa buruk dan kehilangan beberapa pemain kuncinya, untuk tetap tampil dan memperpanjang rekor tanpa kalah yang -seperti biasa- mereka dapatkan beberapa kali dengan gol-gol telat. Misalnya dalam pertandingan menghadapi Bolton, Valencia, Wolves, Aston Villa, dan juga Rangers. Gol-gol menit akhir ini seolah sudah menjadi sebuah ciri khas yang dimiliki tim United manapun sepanjang era Ferguson.

Salah satu pelatih fitness di Old Trafford, Tony Strudwick, mencoba menjelaskan: "Biasanya, tim harus bekerja lebih keras secara fisik menghadapi kami dibandingkan kami menghadapi mereka. Saat mereka mengejar para pemain yang kami miliki, dengan segala pergerakan yang mereka miliki dan bagaimana mereka melakukan segalanya, hasilnya akan didapat hingga penghujung pertandingan"

"Kami tidak berlatih selama 90 menit untuk menjaga kebugaran setiap pemain dalam pertandingan. Kami memiliki cara tersendiri untuk membantu setiap pemain mampu fit dan terus berpengaruh dalam pertandingan hingga 96 menit di lapangan"

Tim yang dimiliki Fergie sekarang memang tidak bisa dibandingkan dengan skuad tahun 2008 mereka. Fakta yang terlihat jelas saat mereka 'terpaksa' menurunkan duet Federico Macheda dan Gabriel Obertan di lini depan dalam pertandingan menghadapi Wigan dua pekan lalu. Tapi saat Manchester City sudah menghabiskan 350 Juta Pound untuk membeli pemain dalam jangka waktu yang sama, mereka tetap terlihat kesulitan mengimbangi United di lapangan. Tottenham -dengan segala kegemilangan mereka di Eropa- harus rela terpuruk di Old Trafford bulan lalu.

Rival-rival United mungkin memang terlihat sudah semakin mengecilkan jarak antara mereka. Tapi jarak ini sebenarnya memang sudah sangat lebar, dan meskipun ada penurunan investasi luar biasa di tim ini semenjak pembelian Berbatov seharga 30,75 Juta Pound tahun 2008 lalu, komoditas tidak bernilai bernama pengalaman dan determinasi tinggi tetap ada dalam skuad United saat ini.

Ini adalah sebuah aset luar biasa yang dimiliki oleh United dan Fergie sama sekali tidak terlihat ingin menyembunyikannya dari dunia nyata.

Ia sempat menyebut ketika itu, "Kami seharusnya bisa kalah hingga enam gol di Aston Villa tapi entah bagaimana berhasil mencuri satu poin. Ini menjelaskan banyak hal mengenai karakter manusia yang saya punya di tim ini"

"Setidaknya saya punya pemain yang siap untuk melakukan sesuatu -dan sudah melakukan sesuatu- jika menghadapi situasi seperti di Villa Park. Ini adalah kualitas yang menjadi bagian dari sejarah kami. Ini adalah sesuatu yang alami yang ada dalam klub ini"

Bulan depan United akan berhadapan dengan Arsenal dan Chelsea di tengah-tengah periode terpadat dalam dunia sepakbola Inggris: Akhir Tahun. Ini akan menjadi sebuah tes utama dan juga terpenting untuk melihat sejauh mana kemampuan tim ini sebenarnya dan sejauh mana kapasitas yang mereka miliki. Terutama dalam mempertahankan rekor tidak terkalahkan -dan yang lebih penting lagi, meraih gelar juara di akhir musim.

Mungkin saja penampilan United memang bukan yang terbaik. Permainan mereka tidak selalu indah untuk disaksikan. Tapi sejauh ini, secara hasil, mereka adalh tim yang terbaik di Liga Inggris. Dan inilah sebuah kenyataan terbaru yang harus diterima oleh siapapun. Apakah hal seperti ini akan terus berjalan hingga akhir? Atau akan lebih banyak lagi penampilan sekelas kemenangan 7-1 atas Blackburn kemarin yang akan muncul? Kita nantikan saja.

*posted in www.supersoccer.co.id 29/11/10

No comments:

Post a Comment