Friday, January 27, 2012

Liverpool FC: Anomali Merseyside Merah

This could be their year.

Ucapan tersebut selalu muncul mengenai Liverpool nyaris di setiap awal musim. Faktanya? Sudah sangat lama semenjak terakhir kali mereka juara Liga Inggris. Bahkan dari terakhir kali mereka menjuarai Liga Champions yang begitu dibangga-banggakan pendukungnya pun, rasanya sudah sangat lama.

Jangankan memenangi Liga Champions, nama Liverpool sudah tidak ada dalam daftar tim yang bertarung di turnamen paling bergengsi di Eropa tersebut. Dan mereka masih berusaha keras untuk kembali ke turnamen tersebut.

Liverpool adalah sebuah anomali. Dari sebuah tim yang sudah terlalu terbiasa berada di empat besar menjadi sebuah tim yang belakangan duduk di papan tengah dan hanya berfungsi mengganggu langkah beberapa tim besar di atasnya. Mereka kini bertarung dengan semacam Everton, Aston Villa, dan Newcastle United di klasemen.

Berat bagi para fans mereka saat ini. Tapi inilah faktanya. Musim ini menjadi sebuah bukti luar biasa jelas mengenai anomali The Reds. Anak-anak asuh Kenny Dalglish ini mampu tampil gemilang saat menghadapi tim-tim semacam Arsenal, Chelsea, Manchester United, dan bahkan Manchester City. Tapi kehilangan poin saat melawan Norwich City, Stoke City, Bolton Wanderers dan semacamnya.

Anfield yang biasanya mengerikan pun kini sedikit mengenaskan. Para fans setia Liverpool kesulitan menyaksikan tim mereka menang di kandang. Hasil imbang menjadi satu warna yang sangat dominan di sana musim ini. Kiper tim lawan seringkali mendadak menjadi sangat hebat saat bermain di sana. Dan tiang gawang pun menjadi musuh besar lain Charlie Adam cs.

Meski begitu, akhirnya Liverpool mendapatkan sesuatu untuk dirayakan musim ini. Mereka berhasil lolos ke New Wembley untuk pertama kalinya. Ajangnya mungkin hanya Piala Carling, tapi ini menjadi sesuatu yang cukup menyegarkan bagi para fans. Terutama karena yang disingkirkan adalah Manchester City –tim pemuncak klasemen Liga Premier musim ini.

Ini lagi-lagi menjadi bukti keanehan Liverpool. Mereka mampu bermain hebat nan heroik saat melawan tim sebesar City dan melempem luar biasa saat melawan Bolton. Hal semacam inilah yang membuat mereka terdampar di posisi ketujuh klasemen dan cukup jauh dari posisi empat besar –incaran minimal demi kembali ke Liga Champions.

Konsistensi untuk tidak bermain konsisten. Oksimoron memang, tapi inilah yang cocok untuk menggambarkan Liverpool musim ini. Sebuah rollercoaster yang membuat para fansnya senang dan pusing dalam waktu nyaris sama.

Dari segi pemain, tidak ada masalah besar. Merseyside Merah punya deretan pemain tengah yang bisa membuat iri tim manapun di dunia. Lini belakang mereka pun cukup kuat –meski beberapa kali terlihat bolong.

Di depan? Well. Dari segi nama-nama yang ada, Dalglish seharusnya tidak perlu protes. Ada Andy Carroll, Luis Suarez, dan bahkan Craig Bellamy. Sayangnya, yang pertama bermasalah dengan gawang di lapangan sedangkan yang kedua bermasalah dengan mulut dan tindakannya. Beruntung, Bellamy belakangan kembali menemukan permainan terbaiknya.

Akhir pekan ini, Liverpool akan menjamu Manchester United di Piala FA. Salah satu pertandingan di tanah Inggris yang hype-nya terkadang lebih besar dari pertandingan itu sendiri. Kemenangan akan menjadi awal yang bagus bagi Reds untuk semakin memperbaiki musim mereka. Meski tidak akan berarti apa-apa jika mereka kembali kalah dari, err, Wolves misalnya.

Ini adalah kesempatan besar bagi mereka untuk membuktikan diri, menghentikan kutukan Anfield, dan menghindar dari anomali yang membuat mereka semakin terpuruk di akhir musim nanti.

Mampu? Hanya waktu yang bisa menjawab.

(dimuat di www.supersoccer.co.id -27/01/2012)

Friday, January 20, 2012

Menilai Kembalinya Scholes dan Henry di Liga Premier

Mendatangkan pemain senior atau bahkan yang sudah pensiun berarti satu hal bagi sebuah klub: mereka membutuhkan solusi instan.

Itulah yang dilakukan oleh Manchester United dan Arsenal saat memutuskan untuk ‘mengembalikan’ Paul Scholes dan Thierry Henry ke dalam skuad mereka. Keduanya adalah legenda hidup dan punya pengaruh yang sangat besar. Dan itulah yang mereka harapkan akan datang saat keduanya tampil kembali membela klub lama mereka ini.

Henry dipanggil kembali dalam jangka waktu super pendek. Hanya dua bulan saja. Dengan status pinjaman dari klub MLS, New York Red Bulls, ia disiapkan sebagai pengganti Marouane Chamakh dan Gervinho yang harus absen beberapa waktu karena ajang Piala Afrika.

Sementara Paul Scholes keluar dari masa pensiunnya dan kembali ke United setelah masalah lini tengah sang juara bertahan semakin memburuk. Dengan tidak adanya dana –atau lebih tepatnya niat- untuk membeli pemain baru, Scholes pun diharapkan bisa menjadi penyelamat dalam kontraknya hingga akhir musim nanti.

Jadi, karena ini adalah sebuah proyek jangka pendek dengan target sukses jangka pendek pula, maka rasanya layak untuk menilai penampilan keduanya hanya berdasarkan dua pertandingan perdana mereka.

Henry muncul di Arsenal dengan penuh gaya. Ia tampil menghadapi tim Championship, Leeds United, di Piala FA pada babak kedua dan langsung mencetak gol kemenangan. Sebuah hadiah kedatangan kembali darinya untuk para fans dan Arsene Wenger. Then again, lawannya ketika itu adalah tim divisi di bawah Liga Premier dan hanya di ajang Piala FA.

Tantangan sebenarnya muncul beberapa hari kemudian saat Arsenal bertandang ke Swansea City di Liberty Stadium. Timnya dihantam permainan luar biasa sang tim promosi dan Henry diharapkan bisa mengubah keadaan saat masuk di babak kedua. Tidak banyak membantu. The Gunners tetap kalah memalukan 2-3.

Di Manchester United, Paul Scholes memulai debut ulangnya saat menghadapi Manchester City di Piala FA dengan… sebuah blunder. Kesalahannya sempat membuat City mampu menciptakan gol dan membuat hidup United dalam sisa pertandingan tersebut menderita. Beruntung, The Red Devils tetap mampu menang dengan skor 3-2.


Kesalahan tersebut tidak membuat Sir Alex Ferguson kehilangan kepercayaan. Ia justru memberikan satu tempat di starting XI saat United menghadapi Bolton Wanderers akhir pekan kemarin. Scholes membayarnya dengan sempurna. Publik Old Trafford menyaksikan kembalinya pahlawan mereka dengan sebuah gol pembuka kemenangan telak 3-0.

Then again. Lawan mereka kali ini adalah tim yang sedang berjuang keras menghindari zona degradasi.

Jadi, bagaimana penilaian awal bagi para legenda yang rela turun gunung untuk kembali membela klub yang mereka cintai ini?

Henry jelas bukanlah pemain yang sama dengan yang pernah Arsenal miliki dulu. Meski begitu, keberadaannya memberikan aura positif dalam skuad dan inilah yang diincar oleh Wenger –selain golnya di lapangan tentu saja. Sayang, aura positif saja ternyata belum cukup untuk membawa timnya ke jalur kemenangan di Liga.

Scholes masih tetap Scholes. Enam bulan ‘berlibur’ tidak memberikan banyak perubahan. Kemampuan passing-nya tetap yang terbaik. Dan kemampuan tackle-nya tetap yang terburuk. Dan, oh, he really can scores. Untuk sementara, keputusan membawa kembali Scholes cukup bisa membantu United. Meski masih banyak yang harus dibuktikan. Terutama jika melawan tim yang lebih besar dari Bolton.

Akhir pekan ini akan menjadi ajang pembuktian keduanya. Seolah sedang melihat sebuah kelompok musik besar mengadakan tur reuni mereka, maka Emirates Stadium pun akan melihat benturan kedua legenda dan akan membuat banyak orang berpikir mereka menyaksikan re-run Arsenal vs United di tahun 2004 silam.

Apapun itu, kembalinya kedua legenda ini adalah sebuah warna yang mengejutkan di Liga Premier musim ini. Dan di tengah sepakbola yang semakin diatur dengan uang dan kerakusan para pemain beserta agen mereka, romantisme semacam ini bisa menjadi sebuah bumbu yang manis bagi fans di manapun.

*dimuat di www.supersoccer.co.id (20/01/2012)

Wednesday, January 18, 2012

Pacar is Overrated

Beberapa hari yang lalu, gw dapat email penawaran speed dating (I haven’t send it back, should i?) dan hari ini, pagi-pagi twitter ramai dengan Bisnis Rental Pacar.


What’s with people and relationship sih?


Belakangan ini, punya relationship alias pacar kayaknya jadi kebutuhan premier. Levelnya udah sama dengan makanan sama napas.

Kenapa? I blame the social media and the environment sih. Dulu sempat ada masa di mana orang gak peduli-peduli amat punya pacar atau enggak. Ada ya syukur, kalo gak ada ya udahlah ya.

Sekarang? Jomblo sebentar aja galaunya udah sama kayak orang yang gak pernah pacaran seumur hidupnya. Ditambah lagi akun-akun twitter yang semuanya galau. Radio galau, hantu galau, bahkan akun sepakbola juga galau. Temanya nyaris sama: gak punya pacar.

And people enjoy that. Menikmati ngeliat orang lain gak punya pacar menderita. Dan kemudian mendorong diri sendiri untuk heboh nyari pacar.

Setelah punya pacar? Saatnya show off. Punya pacar dan bahagia. Dan orang-orang akan ngeliat dia dengan berbeda.
Really? Pfft.

Singles can be awesome. And relationship is (can) always (be) hell.

Jadi kenapa begitu banyak orang sangat ingin segera punya pacar? Atau ingin “kelihatan” punya pacar? Image pastinya. Kan kalau bisa dipamerin di twitter, image “Jomblo Ngenes nan Galau” bisa dicopot. Dan kasta sosial pun meningkat.


People, Pacar is overrated.
But let’s face it. We LOVE overrated things.

Tuesday, January 17, 2012

Review Xia Aimei: Franda! Franda! Franda!



Gw menonton Xia Aimei dengan satu tujuan: Franda. And I got that.

Oke. Mari coba bahas film-nya. Secara ide, Xia Aimei lumayan. Bahkan jauh lebih bagus dibandingkan dengan sebagian besar film lokal lain.

Film ini mencoba buat ngangkat tema human trafficking di Jakarta. Dan juga dunia malam yang penuh persaingan dan kotor.

Dalam Xia Aimei, fokusnya adalah seorang gadis yang dijual dari Cina, terdampar di Indonesia, dan dijual ke sebuah klub malam, dan berjuang keluar demi kebebasan.Well. You know the rest.

Klise in some ways. Untungnya, penyampaiannya tidak terlalu klise. Beda dengan film-film si KK Dheraj atau Nayato yang lebih banyak menjual belahan dada dan adegan mesum, film ini lebih elegan dalam menyampaikan maksudnya.

Akting dari beberapa pemainnya juga oke. Olga Lydia jadi mami asli Cina yang sering mengumpat, Ferry Salim luar biasa annoying sebagai bos klub malam, Shareefa Danish jadi supporting yang sempurna buat Franda –dan akting bahasa Inggris patah-patahnya lucu. Dan Franda juga keren di debutnya ini.

Now let’s get down to the negative part.

Xia Aimei jauh dari sempurna. Walaupun pendek, film ini somehow bisa terasa ngebosenin, ditambah lagi banyak lubang besar dalam plot-nya, adegan gak penting, dan beberapa jokes yang terlalu standar dan jauh dari lucu. Awkward moment dan akting-akting kaku juga sering muncul. A pity.

All in all. Xia Aimei seperti banyak film Indonesia yang lain, punya ide yang bagus dan aktor-aktris yang beneran bisa akting. Sayang, ada beberapa part yang agak ngeganggu, cerita yang terlalu klise, sederhana, dan gak masuk akal.

Still. It’s worth a watch. Kalo kita mau nonton film-film sampah semacam Final Destination atau Shark Night di bioskop, kenapa gak appreciate usaha filmmaker lokal buat bikin sesuatu yang beda?


Dan satu lagi: FRANDA CUTE BANGET DI FILM INI! AAAAAAKKKKK!!!

Monday, January 16, 2012

Women's Mind = Treasure Map?

“Scientist has worked years and finally found out what women want.

And then they changed their mind.
” -@sickipediabot

Gw ngebaca tweet itu beberapa waktu yang lalu dan langsung merespon “SO TRUE!”

Well. Sebenarnya sih gw lebih suka nyamain Woman’s Mind itu dengan Treasure Map. Peta Harta Karun.

Kenapa? Karena mau se-complicated apapun, kalo akhirnya sukses dipecahin, bakalan so damn worth it.

Mari kita coba lihat kondisi-kondisi di bawah ini:

Pas PDKT:
Lo: “Selamat Pagi… Have a nice day yaa…”
Cewek: “Iya… You too…”
Lo: “Kamu udah makan siang?”
Cewek: “Udaaah. Kamu jangan lupa makan juga yaa…”

End result: Nothing.

Itu artinya: “You just being PR’d!”
Dulu dikenal dengan ‘She’s just not that into you.’
Energy wasted to figure that out: MUCH!

Pas Jadian #1

Lo: “Sayang, kamu mau makan di mana?”
Cewek: “Terserah kamu aja deh.”
Lo: “Oke. Hokben aja ya…”
Cewek: “Gak mau. Lagi gak pengen makanan jepang.”
Lo: “Yaudah. Sushi Tei.”
Cewek: “Itu juga makanan Jepang kan?”
Lo: “Err… Fish and Co.?”
Cewek: “Gak mau.”
Lo: “Terus kamu maunya makan apa?”
Cewek: “Terserah.”
Lo: “……………….”

Kadang gw suka berpikir kalo makhluk Tuhan yang satu ini gak ngerti apa arti sebenarnya dari kata “Terserah”.

Pas jadian #2
“Sayang. Yang biru apa yang coklat nih dress-nya?”
“Yang biru bagus deh.”
“Masa sih? Kayaknya aku cocok sama yang coklat lho!”
“Yaudah. Coklat boleh juga.”
“Tapi biru juga bagus…”
“…………”
“Eh. Beli yang ungu aja deh!”
“…………”

Imagine what they will do when choosing something much more important like… A groom?

Pas Jadian #3
Lo: “Sayang lagi di mana? Udah makan?”
Cewek: “Posesif banget sih nanya-nanya? Terus kenapa kalo aku udah makan?”
Lo: “…………….”
*beberapa waktu kemudian”
Cewek: “Kamu kok gak nyariin aku?? Udah gak peduli yah???”
Lo: “……………”

Bahkan rollercoaster manapun di dunia ini masih kalah ngeri.

Pas mau putus.
Cewek: “Kamu udah beda! Aku gak mau lanjutin lagi. PUTUS!”
Lo: “Yaudah…”
Cewek: HAH??? YAUDAH??? Kamu emang pengen kita putus ya?? Aku tuh gak pengen tau sebenarnya. Huhuhuhu.”
Lo: “Lho??? ……………………..r#$%#&”

Ah. The Drama.

Beberapa dari kita pernah mengalami hal kayak gitu. Salah satu-nya kalo beruntung, kalo sial ya semuanya.

Yang belum… Well… Antara lo SANGAT beruntung (MARRY HER! NOW!) atau ya emang jomblo seumur idup aja.

Tapi apapun itu, yang jelas mereka special.

Buktinya ada Ladies Parking, Menteri Peranan Wanita, Jatah 30% Kursi di DPR, Tempat Khusus di Kereta Api sama Busway. :p (Come on girls, isn’t it a bit TOO much?)

On the serious note.
They ARE Special.
Once you cracked the code.
Once you finished the treasure map.
You’ll find everything worth’s the sacrifice. 
Seriously.

But then again.
They STILL can change the location of the treasure on the map and you have to start all over again! :D

Sunday, January 15, 2012

Lost and Found

I lost a lot of things in last few months.

A few months ago, I lost my phone. With a lot of numbers, friends, and memories in it.

Then I lost my laptop. All the work I have in the last year, now vanished into the thin air.

Then I lost the TV Show that I’ve been working on for the last six months.

And I also lost some hearts in the process. Something that I thought I had before, now it’s broken into pieces, and also vanished. Nowhere to be found.

So, what did I found? Nothing.

Not yet maybe.

But I still believe, behind all these lost things, lies something –or someone- waiting to be found.

Someday.