Jakarta Maghrib adalah gol perdana Salman Aristo yang brilian. Dan dengan Jakarta Hati, dia ngebuat gol kedua yang bahkan lebih cantik lagi.
Jakarta Hati dibuka dengan chemistry super awkward antara Surya Saputra dan Asmirandah. Easily my favorite part of the whole movie. Sedikit ngingetin gw sama before sunrise/sunset, dengan chemistry yang far less. Tapi justru ini bikin segalanya jadi lebih menarik.
Bagian-bagian selanjutnya juga gak kalah menarik. Kali ini, Mr. Aristo lumayan sukses ngebuang kekakuan yang masih sering muncul di 'Maghrib'. Kritik sosial, kehidupan sehari-hari yang sederhana, diskusi cerdas, semuanya sukses diramu dalam gado-gado paling enak tahun ini.
Satu yang membuat gw senang adalah ada bagian di mana kamera memutuskan tidak bergerak, lampu memutuskan untuk mati (we can't even see the actor and actress's faces), dan penonton masih bisa terpaku ke depan layar, menyimak apa yang mereka debatkan. For me, it's a touch of genius.
Ditutup dengan satu bagian yang, literally, berisik. Jakarta Hati membuat gw berpikir, tertawa, tersentuh, dan terhibur dalam waktu bersamaan.
A really great goal.
Now, i'm waiting for your hattrick, Mr. Aristo!
No comments:
Post a Comment