Monday, November 4, 2013

The Curious Case of My Feeling for Manchester United

I fell in a love a few times in my life. But the love that hit me the most and, somehow, really consistent is the one that i feel about football.

Sepakbola adalah permainan yang sederhana. 22 pemain dilempar ke satu lapangan, rebutan satu bola, sama-sama usaha buat bikin bolanya masuk ke gawang. Yang paling banyak, menang.

Sederhana.

Sayangnya, seperti banyak hal sederhana lain di dunia ini, love complicates all this.

Hal yang paling inevitable saat seseorang mulai mencintai sesuatu adalah... Expectation.

It sucks. But that's what you have in mind everytime you chose (or not) to fall in love, you'll expect.

Mau ada jutaan orang yang ngasi warning biar ekspektasi jangan terlalu tinggi, tetap aja. It's there.

Dengan timnas Indonesia, ekspektasi ini sudah di-arrange dengan sempurna ke level terendah. Jadi mau hasilnya gimana juga, it'll be above expectation.

Dengan Manchester United, it's the whole other story.

I'm a shameless glory hunter. I like Manchester United because, well, they win.

United dan menang itu nyaris selalu ada di dalam kalimat yang sama semenjak gw menyukai tim yang satu ini.

Well. Memang tetap ada masa-masa buruk sih. Misalnya pas Arsenal dengan Thierry Henry-nya melaju super kencang. Atau pas Jose Mourinho baru awal-awal datang di Chelsea.

Tapi selalu ada satu poin yang bikin gw tenang dan percaya: Sir Alex Ferguson.

Musim ini: he's gone. Vanished.

Fergie selalu jadi pegangan kuat gw untuk hal-hal buruk yang terjadi di United. Di kepala gw, selalu ada pembelaan: "Fergie will fix this."

Sekarang ya gak ada lagi.

Jadi, setting ekspektasi gw untuk United di musim ini udah cukup rendah. Dan tim ini masih sukses tampil lebih rendah dari itu. Luar biasa.

It struck me really hard the last weekend.

Sebelum United tanding lawan Fulham, i look at the table dan... Menang pun United akan tetap stuck di posisi 8.

Lebih parah lagi, pas nonton Arsenal vs Liverpool. Gw sadar bahwa inilah yang dirasakan fans 2 tim tersebut saat nonton United vs City atau United vs Chelsea di beberapa musim terakhir.

They're the title contender.

United? Nonton di bawah, berharap ada yang terpeleset, sehingga (mungkin) bisa sneak in masuk ke posisi 4 besar. Mungkin inilah kenapa Arsene Wenger sering bilang masuk 4 besar rasanya kayak menang trofi.

But is it made me love United less?

Sadly, No.

Sebenarnya, Ini adalah waktu yang sangat menyenangkan untuk menjadi fans United. The frustration, the bad results, the insults.

It's fun.

Sangat lucu melihat berapa banyak fans Arsenal yang berharap United terpeleset saat melawan Fulham. Padahal beda poin sama tim mereka udah amat sangat jauh. Gak relevan. We're not on their league.

Sangat lucu juga melihat banyak fans United yang udah teriak-teriak ngomel ke David Moyes (Bahkan saat United menang).

He's the manager. Put the freakin faith in him. Walaupun, harus diakui, beberapa kali gw pengen nge-chants "You don't know what you're doing" ke doi.

But i don't want him out. I'm curious. How far can this United team go with him. Bisa terbang melayang jauh ke angkasa atau terpuruk dalam ke dasar neraka.

Either way, it's fun.

So... I'm excited. 

Apa yang dimulai dengan rasa suka/cinta/sayang karena menang, sekarang berubah jadi rasa suka/cinta/sayang karena...

I don't know.

Sometimes in life, there's something that you just can't explain. This is, probably, one of them.



No comments:

Post a Comment