Monday, December 7, 2015

Kereta Jam 05.25, Gerbong 5.

Perjalanan menaiki kereta untuk ke kantor setiap pagi hari adalah sesuatu yang menyiksa, tapi penting untuk dilakukan. Setidaknya untuk Rama.

Semuanya berubah saat di suatu pagi ia melihat satu tangan menggantung di... (Wait. Kenapa jadi kayak cerita horor?). Ulang. Satu tangan berpegangan di atas kepala-kepala nan padat di gerbong 5 kereta Bogor - Kota jam 05.25.

Rama tidak bisa melihat wajahnya. Tapi dari bentuk tangan dan jam yang terpasang rapi, ia bisa menebak bahwa itu adalah seorang Wanita. Dan dengan rasa percaya diri entah dari mana (atau ya memang fetish tangan aja.), Rama merasa wanita itu... Cantik.

Tapi tentu saja, Rama tidak bisa langsung berkenalan. Lah ya bergerak (bahkan bernapas) saja susah. Tangan itu pun menghilang saat kereta melewati stasiun Manggarai. Rama pun menyimpan kejadian itu di kotak memori-nya dan menahan diri untuk tidak berharap akan ada momen Serendipity hadir dalam waktu dekat.

Besoknya. Rama kembali lagi memulai rutinitas pagi-nya di Stasiun. Jam biologis-nya membuatnya bersiap untuk kereta jam 05.25 dari Bogor. Dan alam bawah sadar-nya sudah secara otomatis menggerakkannya ke gerbong 5.

Dan (Tangan) Wanita itu ada di gerbong itu lagi. Dengan jam yang sama. Dan sapuan kutek yang sama.

Rama kembali terpesona. Apakah ini takdir, tanya-nya dalam hati. (Hati Rama menjawab: Yeah. Takdir. Si om-om gendut yang duduk di seberang sana juga sudah 3 hari ada gerbong yang sama dengan lo. Takdir juga.).

Tentunya, Rama masih belum bisa mendekat. Tapi paling tidak, ia sudah bisa memastikan bahwa tangan tersebut milik seorang wanita. Kini Rama sudah bisa melihat rambut-nya yang lumayan panjang dan sedikit wajahnya dari samping. Sebuah pemandangan yang kembali hilang saat kereta melewati stasiun Manggarai.

Di hari ketiga, Rama bangun pagi dengan antusias, bergegas ke Stasiun. Kembali mendapatkan kereta yang sama. Gerbong yang sama. Dan... Tangan yang sama. Tapi Rama tidak bisa bertemu wanita itu. Belum. Jarak mereka dipisahkan puluhan penumpang lain yang berdesak. Rama pun menghitung mundur hingga Stasiun Manggarai, dan keindahan pagi itu pun sirna.

Setiap hari, Rama semakin mendekat dengan tangan (Erm... Wanita.) idaman-nya itu. Hingga weekend pun tiba dan Rama merasa ada yang kosong dalam pagi hari-nya. Dengan rasa khawatir amat sangat, ketika Senin tiba nanti, tangan tersebut akan hilang.

Well. Senin pun tiba dan tangan tersebut masih ada di kereta jam 05.25 dari Bogor. Di Gerbong 5. Begitupun saat hari Selasa, dan hari Rabu.

Rama semakin menikmati pagi hari-nya. Meski usaha-nya untuk mendekati (literally) Wanita itu tidak pernah berhasil. Jarak terdekatnya adalah... 5 tubuh manusia dewasa dan 1 anak kecil. Selain itu, biasanya ia hanya bisa melihat tangan dan jam tangan yang tidak pernah berubah itu.

Pekan-pekan menyenangkan pun berlalu. Hingga di suatu Senin, mimpi buruk Rama terwujud. Ia tidak lagi melihat tangan idaman-nya. Padahal, ia tepat berada di kereta jam 05.25 dan gerbong nomor 5.

Rama mencoba berpikir positif, bahwa ini hanyalah glitch dalam sistem hidupnya yang rapi dan menyenangkan. Bahwa besok sang tangan akan kembali ke kehidupannya.

Well. She's not.

Tidak di hari Selasa. Tidak di Hari Rabu. Tidak di seluruh minggu itu.

Rama pun sedikit terpukul. Harapan terakhirnya saat hari Senin kembali tiba. Ia berharap, tangan itu akan kembali hadir di pojok matanya, sebelum akhirnya menghilang di Stasiun Manggarai. Di kereta jam 05.25. Di gerbong 5.

Dan di hari Senin itu, tangan favorit Rama tetap tidak ada. Rama pun berhenti mencari. Berhenti berharap ada kebetulan lain yang menghampirinya. Dan mungkin saja, ia pun akan berhenti menaiki kereta jam 05.25. Di gerbong 5.

Dengan pikiran seperti itu, Rama pun turun di Stasiun biasa, lalu menyapa sang Pacar yang sudah menanti di pintu depan untuk pergi ke Kantor bersama. Seperti yang ia lakukan setiap harinya...